Puncta 15 Agustus 2024
Kamis Biasa XIX
Matius 18:21 – 19:1
LAPANGAN St. Petrus menjadi saksi penembakan atas Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 13 Mei 1981. Waktu itu, Paus sedang berkeliling dengan mobil terbuka untuk menyapa umat yang datang di St. Peter Square.
Tiba-tiba dari jarak kurang lima meter, seorang pemuda Turki, Mehmet Ali Agca, menembak Paus dan mengenai dadanya.
Paus langsung dilarikan ke Rumah Sakit dengan ambulans. Antara hidup dan mati, Paus memberi maaf kepada pelaku.
Secara terbuka, empat hari setelah usaha pembunuhan yang menggegerkan dunia itu, Paus menyampaikan pengampunannya di tengah khalayak pada tanggal 17 Mei 1981.
Bahkan tidak hanya itu, pada tahun 1983, Paus mengunjungi Mehmet di penjara dan berbincang-bincang dengan akrab layaknya saudara.
“Apa yang kami bicarakan harus merupakan rahasia antara dia dan saya. Ketika berbicara dengannya, saya anggap ia adalah seorang saudara yang sudah saya ampuni dan saya percayai sepenuhnya,” kata Paus.
Ketikan Petrus bertanya kepada Yesus, berapa kali kita harus mengampuni, Tuhan menjawab, “Bukan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”
Pengampunan yang terus menerus dan tak terbatas.
Pengampunan adalah rahmat dari Allah. Kalau berdasarkan logika manusia, mungkin hanya sampai tujuh kali saja, sebagaimana pertanyaan Petrus itu. Tujuh kali mengampuni sudah sangat baik.
Tetapi Tuhan mengajarkan bukan hanya tujuh kali, melainkan tujuhpuluh kali tujuh kali dalam memberi pengampunan.
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna,” pinta Yesus.
Seperti dalam perumpamaan yang digambarkan Yesus. Tuan yang maha murah itu mengampuni hambanya yang berhutang sepuluh ribu talenta. Maka hamba yang telah diampuni itu juga harus mengampuni sesamanya yang berhutang padanya.
Kita seringkali gagal untuk mengampuni. Maka marilah kita mohon rahmat-Nya agar dapat mengampuni semua orang yang bersalah kepada kita, sebagaimana Doa Bapa Kami yang tiap hari kita ucapkan.
Pergi ke Blabak beli tahu kupat,
Tidak cukup satu tapi pesan empat.
Mengampuni adalah sebuah rahmat,
Mereka yang bisa adalah orang hebat.
Wonogiri, belajar mengampuni
Rm. A. Joko Purwanto, Pr