Bacaan 1: T. Dan 3:25. 34-43
Injil: Mat 18:21-35
ORANGTUA mana yang tidak sedih, anak semata wayang mereka dibunuh oleh pacarnya sendiri. Itulah yang terjadi pada diri Suroto, orangtua Ade Sara Angelina.
Ade Sara adalah harapan mereka satu-satunya dan sekarang kandas sudah.
Namun demikian, Suroto beserta isterinya mau memaafkan Ahmad Imam Al Hafidt dan Assyifa Ramadhani, pelaku pembunuhan anak mereka. Bahkan mereka sering membawakan makanan untuk kedua pelaku itu di tahanan.
Banyak orang bertanya, mengapa Suroto dan isterinya dengan mudah mau memaafkan mereka?
Sebagai orangtua dan secara manusiawi tentunya marah. Namun mereka memilih mengampuni sebagai implementasi ajaran Tuhan Yesus seperti dalam doa Bapa Kami.
“Dalam Doa Bapa Kami ada kalimat untuk memaafkan orang yang bersalah,” kata Suroto.
Lewat kematian di kayu salib, Tuhan telah terlebih dahulu memaafkan dan mengampuni dosa-dosa manusia. Orang Katolik telah dilahirkan kembali melalui sakramen pembaptisan, seluruh dosanya diampuni.
Pengampunan Allah melalui Tuhan Yesus itu sempurna. Maka, kita yang sudah diampuni secara utuh sudah selayaknya juga memberi pengampunan meski dalam situasi menderita dan berduka.
“Bukan. Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”
Petrus mengira mengampuni sebanyak tujuh kali itu sudah sempurna (bagi orang Yahudi angka tujuh melambangkan kesempurnaan).
Tuhan Yesus tidak sedang berbicara masalah angka, namun Ia sedang berbicara “pengampunan tak terbatas”.
Dalam doanya, Azarya yang mewakili teman-temannya saat dihukum dalam api yang sangat panas memohon belas kasih dan pengampunan pada Allah.
Mereka berpikir bahwa ini adalah akhir hidup mereka.
“Tetapi semoga kami diterima baik, karena jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah… Janganlah kami Kau permalukan, melainkan perlakukankanlah kami sesuai dengan kemurahanMu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu.
Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan.”
Pesan hari ini
Tuhan Yesus mengajarkan pengampunan tak terbatas kepada orang yang telah menyakiti, meski kita dalam keadaan menderita dan berduka.
Mengampuni untuk mendapatkan pengampunan.
“Jika kamu tidak bisa memaafkan diri sendiri, kamu tidak bisa memaafkan orang lain. Tetaplah pakai maskermu danjaga jarakmu.”