Mengandalkan Kehendak Tuhan dalam Hidup

0
233 views
Ilustrasi (Courtesy of Andre Wholm)

ORANG beriman selalu yakin bahwa segala sesuatu itu milik Tuhan. Karena itu, apa saja yang terjadi dalam hidup manusia merupakan kehendak Tuhan.

Ada seorang wanita yang berdoa untuk suaminya bisa pergi ke rumah ibadat bersamanya. Selama ini, suaminya sulit sekali diajak untuk berdoa di rumah ibadat. Ia lebih memilih tinggal di rumah atau mengerjakan pekerjaan hariannya.

Telah bertahun-tahun wanita itu berdoa untuk suaminya. Dia memiliki tekad dan semangat, agar suaminya rajin beribadat.

Dia melakukan segalanya yang dia bisa. Dia membuka Kitab Suci dan meletakkannya di dekat tempat duduk suaminya di meja makan. Sebelum tidur, dia membaca ayat-ayat Kitab Suci.

Tujuannya agar suaminya tertarik untuk mendengarkan firman Tuhan. Ia ingin merebut kembali jiwa suaminya yang telah terkontaminasi oleh pengaruh-pengaruh buruk.

Apa yang terjadi satu tahun kemudian adalah wanita itu menjadi frustrasi. Sang suami tampak tidak berubah. Usahanya tampak sia-sia.

Dia kehilangan sukacitanya. Dia tidak memiliki antusiasme seperti dulu. Ia tidak tahu apa lagi yang bisa ia lakukan untuk memenangkan jiwa suaminya.

Dalam kondisi seperti itu, wanita itu kemudian menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan, sang pemilik segalanya.

“Saya sudah melakukan semua yang dapat saya lakukan. Saya telah berdoa. Saya telah percaya. Sekarang saya meletakkan semuanya di hadapan Tuhan. Biarlah Tuhan sendiri yang mengubah hati suami saya,” kata wanita itu.

Kuasa Tuhan
Sering orang berjuang sendirian di dunia ini untuk menaklukkan sesuatu yang tampak mustahil. Orang berpikir bahwa apa yang dilakukannya akan berhasil. Ternyata tidak semua yang dilakukan akan berhasil dengan gilang-gemilang. Mengapa? Karena manusia memiliki keterbatasan demi keterbatasan.


Kisah di atas memberi inspirasi kepada kita untuk senantiasa memiliki ketergantungan kepada Tuhan. Wanita itu berjuang mati-matian untuk memenangkan jiwa suaminya bagi Tuhan. Ia melakukan apa saja, agar suaminya kembali bersamanya saat beribadat.

Suaminya tampak cuek saja. Hatinya tidak tergugah oleh usaha-usahanya. Karena itu, yang ia dapatkan adalah frustrasi demi frustrasi. Mengapa terjadi demikian? Karena ia hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Seolah-olah dirinya yang paling mampu mengembalikan suaminya kepada Tuhan.

Berserah diri kepada Tuhan tidak berarti manusia mengaku kalah. Tetapi berserah diri kepada Tuhan mengungkapkan bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas. Manusia hanya bisa berdaya, kalau berjuang bersama Tuhan. Ketika orang berjuang sendirian, orang akan mengalami hidup ini kurang bermakna. Hidup ini cuma dipenuhi oleh derita dan kegagalan.

Karena itu, orang beriman mesti senantiasa mengandalkan Tuhan dalam hidup. Hanya dengan berserah diri dan mengandalkan hidup pada Tuhan, orang akan menemukan sukacita yang sesungguhnya. Kepenatan dan kejenuhan hidup akan berakhir, karena Tuhan senantiasa memberi energi bagi perjalanan hidup.

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here