Orang yang religius lebih puas dengan hidup daripada mereka yang tidak religius. Namun sebuah studi baru menemukan bahwa kepuasan itu bukan karena hubungan dengan Tuhan melainkan hubungan dekat dengan tetangga dan kawan.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan 7 Desember dalam jurnal American Review Sociological, orang yang religius mendapatkan kepuasan hidup berkat jaringan sosial yang mereka bangun saat menghadiri kebaktian bersama.
Hasil penelitian ini terutama berlaku untuk umat Katolik dan Protestan (utama dan evangelis). Jumlah orang Yahudi, Mormon, Muslim dan orang-orang dari agama lain yang diwawancarai terlalu kecil untuk menarik kesimpulan. Demikian menurut salah satu peneliti Chaeyoon Lim, sosiolog dari University of Wisconsin-Madison.
“Kami menunjukkan bahwa [kepuasan hidup] hampir seluruhnya tentang aspek sosial agama, bukan aspek teologis atau spiritual dari agama,” kata Lim seperti dikutip LiveScience.
“Kami menemukan bahwa orang lebih puas dengan kehidupan mereka ketika mereka pergi ke gereja, karena mereka membangun jaringan sosial di dalam jemaat mereka.”
Ayam dan telur
Banyak penelitian telah menemukan hubungan antara agama dan kepuasan hidup, tetapi semua penelitian menghadapi masalah seperti “ayam dan telur duluan mana,” kata Lim. Apakah agama membuat orang bahagia, atau orang-orang yang bahagia bisa menjadi religius? Kalau agama adalah penyebab kepuasan hidup, apa penyebabnya – spiritualitas, kontak sosial, atau beberapa aspek lain dari agama?
Lim dan rekannya, peneliti Harvard, Robert Putnam, mencari tahu jawaban itu dengan menyebarkan kuesioner. Pada tahun 2006, mereka mengontak 3.108 orang dewasa Amerika lewt telepon dan menanyai aktivitas religius, keyakinan dan jaringan sosial yang mereka miliki. Pada tahun 2007, mereka kembali mengontak grup yang sama dan mendapatkan 1.915 dari mereka untuk menjawab pertanyaan yang sama.
Survei menunjukkan bahwa di semua agama dan kepercayaan, orang-orang yang religius lebih puas daripada yang non-religius. Menurut data, sekitar 28 persen yang menghadiri ibadah mingguan “sangat puas” dengan hidup mereka dibanding dengan 19,6 persen yang tidak pernah menghadiri ibadah.
Tetapi kepuasan itu tidak bisa dikaitkan dengan faktor-faktor seperti doa pribadi, kekuatan keyakinan atau perasaan subyektif dari kasih atau kehadiran Allah. Sebaliknya, kepuasan justru terkait dengan jumlah teman dekat. Mereka yang punya teman lebih dari 10 dua kali lebih puas dibanding yang tidak.
Rasa memiliki
Yang penting, kata Lim, penelitian ini menyatakan adanya hubungan kausal antara agama dan kepuasan hidup: Orang yang mulai menghadiri kebaktian di gereja lebih sering bahagia (2006 dan 2007). Sekali lagi, kebahagiaan ini sepenuhnya karena dorongan dan dukungan dalam persahabatan dengan teman-teman di gereja.
“Kami pikir itu ada hubungannya dengan fakta bahwa Anda bertemu dengan sekelompok teman dekat secara teratur, bersama-sama sebagai sebuah kelompok dan berpartisipasi dalam kegiatan tertentu yang bermakna bagi kelompok itu,” kata Lim. “Pada saat yang sama, mereka berbagi identitas sosial, rasa saling memiliki dalam komunitas iman. Rasa memiliki inilah tampaknya yang menjadi kunci antara kepuasan hidup dan seringnya hadir di gereja.”
Jumlah kawan dekat juga terkait dengan kepuasan hidup pada mereka hidupnya sekuler (tidak beragama), meski kepuasan itu lebih sedikit dibanding mereka yang terikat dalam persaudaraan gerejawi, kata Lim. Penelitian tambahan oleh Lim dan Putnam yang dilaporkan dalam buku “American Grace: Bagaimana Membagi Agama Kami dan mempersatukan kita” (Simon & Schuster, 2010), juga menemukan keterkaitan antara kecenderungan amal dan kasih yang ditunjukkan oleh para relawan dengan persahabatan sesama anggota gereja.
Secara teoritis, kata Lim, rasa memiliki dalam kelompok sekuler yang terlibat dalam kegiatan sosial yang berarti juga meningkatkan kepuasan hidup. Para peneliti berencana untuk melaksanakan survei putaran ketiga dengan kelompok yang sama pada tahun 2011. Mereka berharap bisa mengumpulkan data tentang kelompok persahabatan sekuler.
Sumber : SEHATNEWS.com
[…] Pada tahun 2006, mereka mengontak 3.108 orang dewasa Amerika lewt telepon dan menanyai aktivitas religius, keyakinan dan jaringan sosial yang mereka Baca Selengkapnya: http://www.sesawi.net/2011/12/05/mengapa-agama-membuat-orang-makin-bahagia/ […]