Mengapa Doa “Bapa Kami” Menantang Pendoanya?

0
16 views
Doa Bapa Kami

HARI ini, Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami (Matius 6:9-13). Berapa orang menyadari tantangan yang termuat dalam doa tersebut? Tidak hanya memuat tujuh permohonan, doa itu menantang orang yang mendoakannya.

Apa saja tantangan itu?

Pertama, dengan menyebut Allah ” Bapa Kami” (Matius 6:9) berarti menganggap bahwa seluruh umat manusia itu satu keluarga besar. Setiap orang, tanpa kecuali adalah bagian dari keluarga itu. Tidak ada alasan menolak atau mendiskriminasi seorang pun berdasarkan alasan suku, etnis, agama, gender, dan lain-lain. Jika orang tidak siap menerima hal itu, doa Bapa Kami menjadi tantangan besar.

Kedua, mengapa kita berdoa “dimuliakanlah nama-Mu” atau “dikuduskanlah nama-Mu” (Matius 6:9)? Bukankah nama-Nya memang sudah kudus? Kita mendoakannya supaya orang selalu dan di mana pun menguduskan dan memuliakan nama-Nya. Memperkenalkan Tuhan yang kudus itu agar semua orang mengenal dan menghormati-Nya merupakan tugas dari mereka yang mendoakannya.

Ketiga, mendoakan “datanglah Kerajaan-Mu” (Matius 6:10) berarti siap bekerja untuk membuat dunia ini tempat Tuhan merajai dan memimpin; tempat kasih dan kebenaran, keadilan dan damai yang warganya saling peduli dan berbagi. Bukankah faktanya manusia terus menciptakan konflik dan perang?

Keempat, “jadilah kehendak-Mu” (Matius 6:10) mengandung konsekuensi besar bagi mereka yang mendoakannya. Itu menuntut orang mengambil bagian dalam merealisasikannya. Artinya, membuat kehendaknya sendiri selaras dengan kehendak Tuhan. Sudah siapkah mereka untuk itu?

Kelima, “berilah kami rejeki pada hari ini” (Matius 6:11) juga mengandung tantangan berat. Orang hanya minta rejeki untuk hari ini saja. Bukankah banyak orang gelisah tentang kebutuhan hari esok? Orang memohon rejeki itu juga bagi sesamanya; tidak hanya untuk dirinya sendiri. Bahkan untuk seluruh keluarga umat manusia. Faktanya, ada yang berkelebihan makanan di tengah manusia yang kelaparan.

Keenam, tantangan dalam memohon pengampunan pun tidak ringan. Perhatikan syarat berat yang diucapkan. “Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami” (Matius 6:12). Bukankah itu berarti orang tidak berhak meminta ampun selama dia belum bersedia mengampuni?

Akhirnya, orang memohon dibebaskan dari segala pencobaan (Matius 6:13). Itu mengandaikan orang mengakui kelemahannya dan membutuhkan pertolongan dari Tuhan.

Bukankah sebagian orang merasa bisa menjamin dirinya sendiri dan merasa seakan-akan tidak membutuhkan Tuhan?

Kamis, 20 Juni 2024
HWDSF

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here