Bacaan 1: Yeh 37:21-28
Injil: Yoh 11:45-56
Takut dan ragu adalah suatu sikap yang normal dan sangat manusiawi, merupakan bagian emosi dan perasaan setiap manusia. Tinggal bagaimana manusia menghadapi dan mengatasi rasa takut dan keraguan diri sendiri, sehingga tidak terus menghantuinya.
Hidup menjadi berwarna saat seseorang mau membuka diri terhadap sesuatu yang baru. Namun tak setiap orang tahu kapan saatnya, jika signal rasa tak menyala.
Takut dan ragu bisa berkembang menjadi rasa benci jika tidak dikelola dengan baik.
Para imam kepala dan orang-orang Farisi, sepertinya tak mampu mengelola keraguan dan ketakutan mereka terhadap Yesus orang baik itu sehingga timbul rasa benci dan ingin menghabisi-Nya.
Kebencian memang tak mengenal status dan jabatan.
Saat zona nyaman pribadi terganggu, segala cara dilakukan untuk mempertahankannya.
Para imam kepala tak lagi fokus menyiapkan hati menjelang Paskah Yahudi, menjaga kesucian hati. Mereka malah fokus pada wibawa dan kehormatan pribadi yang terancam oleh kehadiran Yesus.
“Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya…”
Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.
Tuhan Yesus memilih menghindari konfrontasi dengan mereka dan mengungsi ke kota Efarim, tinggal bersama murid-murid-Nya di situ.
Jauh sebelum zaman Yesus, Allah telah berjanji setia untuk memberi kelegaan pada bangsa pilihan-Nya. Hal itu bisa kita baca dalam nubuat Nabi Yehezkiel, Allah kembali menegaskan kehendak-Nya untuk memberi keselamatan kepada “Bangsa Pilihan-Nya” itu. Sebuah “perjanjian” yang kekal dengan mereka.
“…Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya.
Tempat kediaman-Kupun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Maka bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, menguduskan Israel,…”
Pesan hari ini
Buka lembaran baru bersama Tuhan Yesus dan jangan meragukan-Nya lagi. Maka Ia akan memberkatimu dan mengajakmu tinggal bersama dikediaman-Nya.
“Keraguan membunuh lebih banyak mimpi daripada kegagalan.”