Mengapa Salib?

0
289 views
Ilustrasi: Ia harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Aku by National Catholic Reporter

Puncta 14.09.21
Pesta Salib Suci
Yohanes 3: 13-17

BEBERAPA waktu lalu di Solo, ada anak-anak sekolah merusak makam yang ada tanda salibnya. Salibnya dihancurkan.

Peristiwa sebelumnya juga terjadi di Solo, orang menganggap desain koridor jalan di depan Balai Kota mirip dengan gambar salib. Walikota Solo waktu itu, FX Hadi Rudyatmo harus memberi penjelasan.

“Kalau saya bikin salib di jalan, berarti saya ini orang bodoh. Salib itu kan lambang sakral kok ditaruh di bawah, dilewati kendaraan. Berarti saya tidak memahami arti iman kepada Kristus,” ujar Pak Rudy yang juga Prodiakon paroki itu.

Mengapa salib sering menjadi kontroversi? Mengapa salib begitu menakutkan bagi sebagian orang?

Tidak hanya di luar kekristenan, di dalam diri kaum Kristiani pun ada yang sulit memahami salib.

Kaum Doketisme misalnya mengatakan bahwa bukan Yesus yang disalib, melainkan orang yang mirip dengan Yesus. Bahkan ada Injil yang mengatakan Yudaslah yang disalibkan.

Memahami salib memang tidak gampang. Seperti Petrus yang menegur Yesus ketika Dia meramalkan kematian-Nya di salib.

“Enyahlah iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Sabda Yesus itu juga ditujukan kepada kita sampai sekarang. Salib adalah cara pikir Allah. Manusia tidak mampu memahaminya.

Paulus menjelaskan bahwa pemberitaan tentang salib itu adalah batu sandungan bagi orang-orang Yahudi dan kebodohan bagi orang-orang bukan Yahudi.

Tetapi bagi orang-orang yang dipanggil, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Dialog Yesus dengan Nikodemus berbicara tentang Anak Manusia yang ditinggikan, Yesus yang disalibkan.

Itulah hikmat Allah yang sulit dipahami dan diterima akal sehat.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Jadi salib itu adalah wujud kasih Allah yang begitu besar. Paulus menjelaskan lagi; Yesus yang adalah Allah telah mengosongkan diri menjadi manusia.

Ia merendahkan diri-Nya sampai wafat, bahkan sampai wafat di salib.

Memang sangat tidak mudah memahami salib. Karena itu pasti akan terus terjadi pelecehan, penghinaan dan penghujatan.

Kesalahpahaman akan terus berlangsung karena Yesus adalah Pribadi yang menimbulkan pertentangan.

Salib Yesus adalah cara bertindak Allah yang melampaui pikiran manusia. Pikiran kita ini terlalu sempit dan kerdil untuk memahami pikiran Allah yang maha sempurna.

Kita tidak perlu marah, benci, dendam pada mereka yang merusak salib, karena mereka tidak tahu untuk apa mereka melakukan itu. Wong Yesus yang disalib saja tidak marah malah mengampuni mereka.

Justru yang penting bagi kita adalah memperdalam iman kita akan salib Tuhan.

Apakah hidup kita sudah sehati selaras dengan penderitaan Kristus dalam diri saudara-saudara yang menderita?

Mereka yang merusak, membenci, menghojat, melecehkan, menghina adalah orang yang tidak tahu, mungkin mereka juga sedang sakit. Kita perlu mendoakan mereka agar cepat sembuh.

Gitu saja kok repot.

Pagi-pagi mencari sate babi,
Dapat yang enak di kota Denpasar.
Salib adalah perendahan diri.
Kalau pakai salib, jangan sombong besar.

Cawas, setia pada salib.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here