Puncta 04.10.21
PW. St. Fransiskus Asisi
Lukas 10; 25-37
TUHAN maha agung, Allah maha besar. Dia menciptakan perbedaan di antara segala makhluk. Perbedaan itu adalah kekayaan karena kita bisa saling melengkapi.
Syukur pada Tuhan, kita di Indonesia punya berbagai keanekaragaman, kebhinekaan yang indah dan kaya.
Kita punya banyak pulau, suku, agama, ras, etnis, budaya dan adat istiadat.
Perbedaan itu sangat indah seperti pelangi. Hanya orang paranoid menganggap perbedaan sebagai ancaman.
Perbedaan agama tidak masalah karena kita bisa hidup damai berdampingan, saling menghormati. Sejak zaman dahulu kita sudah seperti itu.
Saling menolong dalam kesusahan, saling menghargai dalam perbedaan, saling silaturahmi dalam pergaulan.
Kita punya contoh persahabatan yang indah antara Fransiskus Assisi dengan Sultan Malik al Kamil Nasrudin Muhamad. Mereka membangun persaudaraan, bukan karena agama. Tetapi karena kemanusiaan.
Mereka merasa prihatin karena perang yang memakan banyak korban. Dengan membangun persaudaraan, mereka bisa menyelamatkan banyak orang.
Dalam Injil dikisahkan tentang orang Samaria yang baik hati. Ada orang yang dirampok habis-habisan. Lewatlah seorang imam dan Lewi. Mereka lewat di seberang jalan. Tidak menolong.
Lalu ada orang Samaria. Ia menolong, merawat luka-lukanya, menaikkan ke keledai tunggangannya, dan membawanya ke penginapan.
Tidak berhenti disitu saja, ia masih menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan untuk merawat si sakit.
Masih diberi pesan, “Jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.”
Orang Samaria yang penuh belas kasih dan dermawan. Padahal Samaria dipandang sebagai kelompok kafir.
Bukan status, bukan jabatan, bukan agama yang membuat orang menjadi baik. Tetapi belas kasihlah yang menentukan kualitas hidup seseorang.
Imam adalah orang yang suci dan saleh. Tetapi ia tidak tergerak oleh belaskasihan. Lewi juga kelompok terpandang, namun ia tidak menolong orang yang menderita.
Justru orang Samaria yang dipandang kafir menunjukkan belaskasih dan dermawan.
Siapa pun -tanpa memandang status, jabatan, agama- yang berbuat baik, mereka adalah sesama saudara kita.
Yesus berpesan, “Pergilah dan lakukanlah demikian.”
Berbuatlah kasih tanpa pamrih dan tanpa pandang bulu, karena Allah mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan.
Berenang mengarungi samudera,
Lebih enak kalau naik perahu sampan.
Semua yang berkehendak baik adalah saudara.
Kita mengasihi tanpa membeda-bedakan.
Cawas, cinta tanpa pamrih…