Mengasihi Tuhan dan Sesama dengan Segenap Hati

0
817 views
Ilustrasi - Kesepian dan sendirian saat sakit. (Ist)

Jumat, 19 Agustus 2022

  • Yeh. 37:1-14.
  • Mzm. 107:2-3,4-5,6-7,8-9.
  • Mat. 22:34-40.

PADA umumnya, manusia mau berkurban bagi sesuatu, apabila sesuatu itu menguntungkan bagi dirinya.

Namun hal itu tidak berlaku dalam hati yang penuh kasih. Kasih tidak mempesoalkan itu.

Tindakan kasih, tidak mempersoalkan apakah si pemberi kasih akan diuntungkan atau dirugikan.

Kasih itu memberi dan tak pernah berharap kembali.

Kala kita memberi berarti ada sesuatu yang berkurang dari diri kita, bukan bertambah.

Ada sesuatu yang kita lepaskan dengan rela dan sadar serta tulus bagi kebaikan orang lain.

Hidup yang demikianlah yang memperlihatkan kepada dunia ini bahwa Allah ada di dalam diri kita.

Manakala kita mau mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan dan menyalurkan kasih kepada sesama manusia dengan senyum ketulusan.

Selama kita hidup di dunia ini, kita diberi kesempatan untuk berbagi kasih, berbagi hidup seperti yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

“Suatu hari saya bersama dengan seorang romo mengunjungi seorang bapak yang sakit maag akut di rumah sakit,” kata seorang sahabat.

“Bagaimana penyakit maag kamu bisa kambuh,” tanya romo itu.

“Iya, saya beberapa waktu ini harus lembur dan banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan,” jawab bapak itu.

“Karena terlalu konsentrasi kerja hingga sering terlambat makan bahkan saya kadang sampai lupa makan,” kisahnya.

“Setelah sekian tahun berlalu saya ambruk dan terkapar sakit. Dokter bilang bahwa sakit perut saya telah kronis,” lanjutnya.

“Selama ini, pola makan, pola tidur saya amboradul, hingga sering badan terasa lelah tak karuan,” lanjutnya.

“Dari dulu saya bekerja keras untuk dapat uang, kini setelah saya mendapatkan apa yang saya cari, malah harus berhenti dan saya harus berobat dengan menghabiskan uang yang saya cari waktu sehat,” imbuhnya.

“Sesal mengapa dulu saya abai dengan kesehatan dan makan serta minum yang kurang mengasihi diriku sendiri, serta badanku, dan jiwaku,” keluhnya.

“Kini semua tinggal penyesalan, kebiasaan makan dan perilaku masa lalu yang kurang baik telah menjadi kontributor buruknya kesehatanku,” tuturnya.

“Aku menuai hasil atas ketidakpeduliakanku pada tubuhku dan juga pada Tuhan penciptaan,” lanjutnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”

Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.

Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Cinta kasih yang benar selalu mengarahkan kita kepada pertobatan batin dan mengajak kita untuk meneladani-Nya saat kita melakukan perintah-Nya dengan menjalankan tugas dan karya pelayanan kita setiap hari.

Melayani Allah terwujud dalam bekerja memenuhi apa yang menjadi kehendak-Nya.

Itulah isi dari perintah Tuhan. Dan pekerjaan yang kita lakukan dalam melayani Allah kita lakukan dalam keadaan hati penuh syukur dan sukacita.

Karena kasih Bapa untuk Putra-Nya telah mendasari pelaksanaan kasih kita kepada sesama dan sekaligus pernyataan konkret atas kasih yang telah kita terima.

Bagaimana dengan diriku

Apakah aku mengasihi sesamaku seperti Yesus telah mengasihi aku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here