ANDA pernah panik? Saya kira, semua orang pernah merasakan kepanikan dalam hidupnya.
Seorang ibu panik luar biasa menyaksikan anaknya mengalami kecelakaan. Melihat darah mengucur dari dahi anaknya setelah tabrakan motor, ibu itu tidak bisa tenang. Tangannya bergetar. Kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak jelas. Air matanya pun turun membasahi wajahnya.
Sambil mendampingi anaknya yang dibawa ke rumah sakit, ia berkata-kata sendirian.
Mulutnya komat-kamit bergetar. Tangannya basah oleh keringat dingin. Ia tidak bisa menerima kejadian itu. Apalagi para saksi mengatakan bahwa anaknya ditabrak oleh motor yang berlari kencang.
Anaknya sudah berada di tepi jalan dengan motornya yang berlari perlahan, namun motor yang dari belakangnya menabraknya. Ia tidak mau menerima situasi seperti itu.
Meski tidak membahayakan nyawa anaknya, ibu itu tidak mau anaknya akan mengalami cacat seumur hidup.
Jangan mudah panik
Sering orang panik menghadapi hal-hal yang tidak mereka inginkan. Mengapa? Karena orang ingin hidup dengan aman dan nyaman. Tidak ada sesuatu yang buruk terjadi atas diri mereka.
Sebenrnya ada pelajaran yang dapat dipetik dari situasi panik ibu itu. Kepanikannya bisa berbuah fatal bagi anaknya. Namun untungnya, ia tidak banyak memberontak. Ketenangan hati dan pikiran sangat dibutuhkan saat kita melakukan sesuatu dan berkata-kata.
Kita mesti menyadari bahwa tidak ada keuntungan yang diperoleh dari sebuah kepanikan. Kepanikan malah membuat keadaan semakin kacau dan berantakan.
Kepanikan bisa menjadikan orang bermata gelap. Orang tidak peduli lagi terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Akibatnya bisa berbahaya bagi hidup diri sendiri dan orang lain.
Orang beriman tentu mau menyerahkan situasi hidupnya kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Karena itu, kita mesti memupuk iman kita secara mendalam kepada Tuhan, agar kita diberi kekuatan di saat-saat kita menghadapi persoalan-persoalan hidup.
Tuhan memberkati.