“Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Rm 8,23)
MENGELUH adalah kenyataan yang sering dialami banayk orang. Saat kemarau panjang, banyak orang mengeluh kesulitan mendapatkan air; saat penghujan tiba, orang mengeluh jalanan jadi becek, jemuran tidak kering. Saat tidak ada makanan mengeluh; saat dibuatkan masakan juga mengeluh: rasanya asin, lauk kok ayam melulu, pagar kok disayur.
Mengikuti Perayaan Ekaristi lebih dari satu jam mengeluh terlalu lama; kalau Perayaan Ekaristi selesai sebelum satu jam juga mengeluh: imamnya gak ada persiapan.
Pasutri mengeluh: kok belum punya momongan, padahal sudah lebih lima tahun berkeluarga. Pasangan lain juga mengeluh, punya anak kok ribet amat.
Banyak orang sering mempunyai kebiasaan untuk mengeluh dalam banyak hal, dari bangun pagi sampai malam hari. Ada saja hal-hal yang selalu dikeluhkan: mulai dari kondisi badannya yang tidak enak, pekerjaan, rekan kerja, anggota keluarga serta berbagai hal yang lain.
Mengeluh merupakan tanda bahwa seseorang tidak bisa menerima keadaan atau situasi hidup sebagaimana adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Orang tidak bisa mensyukuri berbagai macam hal yang telah mereka terima dari Tuhan sebagai anugerah, gratis tanpa bayar.
Mengeluh membuat seseorang tidak bisa melihat hal-hal baik yang ada dalam setiap peristiwa hidup. Mengeluh juga tanda bahwa kenyataan yang dihadapi dan dialami tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan atau diinginkan. Orang sering tidak realistis dalam bersikap: mereka mempunyai harapan atau keinginan yang besar, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk mewujudkannya. Akibatnya, orang mudah mengeluh dan menyalahkan orang lain.
Seberapa banyak keluhan yang saya ucapkan dalam satu hari? Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)