Mengeluh

0
733 views
Ilustrasi: Buang keluhanmu. (Istimewa)

“Dan bukan hanya makhluk-makhluk itu saja! Kita yang telah menerima Roh Kudus sebagai kurnia sulung dari Allah, kita pun mengeluh dalam hati sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.” (Rom 8,23)

BEBERAPA waktu yang lalu, seorang mantan Presiden mengeluh melalui akun twitternya, “Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah dan penyebar ‘hoax’ berkuasa dan merajalela. Kapan rakyat dan yang lemah menang?”

Keluhan ini mengundang reaksi banyak orang, entah para kader partainya, netizen, dsb. Presiden pun akhirnya menanggapi bahwa kita tidak cukup hanya mengeluh dan merasa prihatin atas kondisi bangsa. Pemerintah sudah mengambil langkah cepat untuk mengatasi keprihatinan yang ada. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk menyelamatkan bangsa.

Mengeluh adalah pengalaman manusiawi. Hal ini tidak hanya dialami oleh mantan Presiden, tetapi juga dapat terjadi dalam diri banyak orang. Para petani mengeluhkan harga panenan yang rendah dan banyaknya aturan yang menghimpit; para siswa mengeluhkan banyak tugas sekolah dan padatnya jam pelajaran; pelatih kesebelasan mengeluhkan beberapa pemain yang cedera; aank-anak perempuan mengeluh sakit perut; suami atau isteri mengeluhkan pasangan hidupnya yang tidak bertanggung jawab; orang tua mengeluh tentang anaknya yang bandel dan mbejut; masyarakat mengeluh karena pelayanan administratif yang ribet dan lama; warga mengeluh karena jalan rusak dan berlubang.

Banyak orang sering mengeluh dan menggerutu karena berbagai macam hal yang memprihatinkan. Banyak orang menghadapi kenyataan yang begitu rumit, sulit, pelik, melelahkan, menjengkelkan. Ada banyak hal yang tidak beres, tidak wajar, tidak memuaskan dan tidak sesuai dengan yang diinginkan atau diharapkan banyak orang. Namun demikian, mereka tidak berdaya untuk mengatasinya dan tidak mampu menemukan solusinya.

Kebiasaan untuk mengeluh nampaknya juga terjadi di kalangan umat beriman atau para murid. Mereka yang sudah percaya dan mengikuti Kristus, yang sudah dibabtis dan dikuduskan; yang sudah diurapi dan mendapatkan karunia Roh Kudus, juga masih sering mengeluh dan menggerutu di dalam peziarahan menuju ke Kerajaan Allah. Mereka mengeluhkan tentang pelayanan yang diskriminatif dan tidak memuaskan; liturgi yang panjang, monoton dan kering; homili yang tidak jelas; lingkungan atau komunitas yang adem ayem dan melempem; kepengurusan yang pasif; serta banyak keluhan lainnya. Masih ada banyak hal yang belum utuh dan sempurna; masih banyak keprihatinan yang perlu ditangani; banyak kekurangan dan kelemahan yang harus diperbaiki.

Setiap orang berhak untuk mengeluh dan menggerutu. Namun demikian, hal itu bisa merugikan kalau menjadi sebuah kebiasaan hidup setiap saat dan setiap hari. Kebiasaan ini dapat menjadi kendala untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala rahmat dan berkat yang dilimpahkan setiap hari. Orang tidak bisa menghargai sesuatu yang kecil dan sederhana; dan mensyukurinya sebagai tanda berkat dan kasih Allah pada dirinya.

Dalam peristiwa dan pengalaman apa saja, saya sering mengeluh dan menggerutu? Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here