Mengenal Tuhan dalam Penderitaan

0
589 views
Keluar dari area zona nyaman by ExecuNet

Minggu, 12 September 2021

Yes.50:5-9a. Mzm.116:1-2.3-4.5-6.8-9. Yak.2:14-18.
Mrk.8:27-35

HIDUP ini sudah susah, jangan dibuat susah lagi. Nikmati segalanya, sejauh kita bisa menikmati.

Kita kadang terjebak oleh pemikiran yang sesat. Oleh pola pikir dan konsep keliru.

Kita sering merasa nyaman hidup dalam pola tertentu. Hingga tidak mau keluar dari padanya.

Padahal, sesungguhnya rasa nyaman tidak selalu menjadi jalan keselamatan. Tetapi penderitaan, sengsara, bahkan kematian bisa menjadi jalan untuk menyelamatkan kehidupan kita.

“Saya tidak ingin anak-anakku hidup seperti kita dulu,” kata seorang bapak kepada adiknya.

“Kita dulu orang susah. Semuanya serba kekurangan. Kini, kita sudah punya rezeki. Maka wajarkan kalau kita ingin anak kita lebih bisa menikmati kehidupan,” lanjutnya.

“Bener, bahwa kita tidak ingin anak kita punya pengalaman yang sulit seperti kita dulu. Tetapi membiarkan anak hidup tanpa kontrol soal keuangan, makanan, sebuah langkah yang tidak bijaksana,” sahut adiknya.

“Kita bisa berhasil saat ini, mungkin salah satunya karena kita dididik dalam situasi serba terbatas, serba kekurangan. Bukan karena segalanya ada,” lanjut adiknya.

“Untuk apa, kita punya segalanya, kalau tidak untuk kita nikmati. Biar saja anak-anakku hidup tanpa kekurangan,” jawab kakaknya dengan keras.

“Ingat kenyamanan itu ba talnya setan. Kalau tidak hati-hati akan menjadi jalan kehancuran,” kata adiknya.

Selang beberapa tahun, anak sulung dari bapak itu terkena diabetes, serta obesitas. Padahal usianya baru 21 tahun.

Penyakit itu datang, karena pola makan yang ngelojoh. Segalanya di makan tanpa kontrol.

Penderitaan dan kesengsaraan tidak selalu buruk dan harus dihindari.

Bapak tadi menolak pengalaman penderitaan di masa lalu. Hingga ia berusaha menutup pengalaman masa lalunya yang sulit. Dengan memberi pengalaman yang terbalik dari yang dulu dialami kepada anaknya.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Apa yang dipikirkan Petrus merupakan penyelewengan dari rencana Allah.

Bagi Yesus, jalan sengsara dan salib bisa menjadi jalan mesianis yang menyelamatkan.

Tampak bahwa apa yang dipikirkan Petrus sangat dangkal, sehingga pikiran manusia seperti itu harus dienyahkan.

Kecenderungan bertahan dalam zona nyaman dan menghindari setiap kesulitan dan sengsara bisa jadi merupakan pikiran iblis. Itu harus segera kita enyahkan dari hidup kita sehari-hari

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani memberi jalan pada kehendak Tuhan dalam hidupku ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here