PATER Antonius Maria Trampe MSF sudah tiada, namun ia tetap ada dan selalu hidup di hati kami.
Hari-hari terakhir
Mari sejenak, kita mengenang saat-saat terakhir Pater Antonius Maria Trampe MSF, Bapa Pendiri Kongregasi Suster MASF.
Bulan Februari 1953, Bapa Trampe MSF jatuh sakit dan kemudian diopname di rumah sakit di Negeri Belanda. Tenaga jasmani maupun rohaninya tampak mulai menurun, tetapi dedikasinya untuk Gereja tak pernah pudar.
Sebelum masuk rumah sakit, ia menyempatkan diri untuk mengunjungi para suster; menyampaikan beberapa nasihat dan saran.
Berlutut di balik layar dan berdoa
Ia juga sempat hadir dalam upacara penerimaan busana biara dan pengikraran kaul, namun ia tidak ikut memimpin perayaan Ekaristi.
Ia tidak pernah memimpin Perayaan Ekaristi pada upacara-upacara kebiaraan Kongregasi MASF. Dengan rendah hati, ia menyerahkan kepada Bapa Uskup atau pastor paroki setempat untuk memimpin Perayaan Ekaristi.
Bahkan ketika Perayaan Ekaristi berlangsung, ia lebih suka “bersembunyi” dengan berlutut di kapel bagian belakang dan berdoa.
Waktu dirawat di rumah sakit, Bapa Trampe minta diberikan Sakramen Minyak Suci. Saat para suster mengunjunginya, ia selalu minta agar didoakan.
Sang Bapa pendiri menerima sakitnya dengan tenang, sabar, dan penuh penyerahan kepada kehendak dan kerahiman Bapa.
Pagi itu -tepatnya tanggal 6 Maret 1953- para suster mendengar kabar lewat telepone bahwa kondisi kesehatan Bapa Trampe sangat menurun.
Ia mengalami demam tinggi; sedangkan tekanan darahnya drop. Para suster segera ke rumah sakit, melihat perubahan wajahnya sangat drastis yang menunjukkan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.
Namun demikian, ia masih mengenali wajah orang-orang di sekitarnya. Ketika Bruder Fulgentius MSF mengunjunginya, ia sempat bertanya, “Apakah semua ini mesti begini? Doakan saya supaya kehendak Allah terjadi pada diri saya.”
Kata-kata yang selalu Bapa Trampe ucapkan: “Berdoalah, berdoalah.”
Ia masih menyampaikan keinginan terakhirnya, yakni supaya Kongregasi MASF memperluas daerah misinya ke Jerman.
Kekuatan doa
Saat Pater Jenderal MSF memberkati Bapa Trampe, ia masih mampu membuat tanda salib secara perlahan-lahan. Ia berbaring dengan tenang, dan rosario tetap berada di tangannya.
Para suster pelan-pelan berdoa rosario. Dan beliau berusaha mengikutinya dengan gerakan bibir dan tak bersuara.
Pater Jenderal mengucapkan doa menjelang kematian, dan membisikkan beberapa doa singkat di dekat telinganya. Pergumulan melawan maut dihadapinya dengan sabar, tenang, dan penuh kesadaran sampai titik nafas yang terakhir.
Kristus datang menjemput pelayan-Nya yang setia, hari itu juga, pukul 06.00 waktu Belanda.
Semoga Bapa Trampe menerima ganjaran kebahagiaan abadi di surga karena menjadi hamba Allah yang baik dan setia.
Para Suster MASF pun meminta kepada Pater Jenderal agar mengizinkan jenazah Bapa Trampe dimakamkan di pekuburan Baarlo. Pater Jenderal berkenan mengabulkan permintaan itu.
Tanggal 10 Maret 1953, Pater Jenderal G. Dehrenbach MSF mempersembahkan misa requiem meriah bagi arwah Bapa Trampe.
Pada batu nisannya tertulis kalimat: “Di tempat ini, Bapak Pendiri kita tercinta: Pater AM Trampe MSF, menantikan hari kebangkitannya. RIP.”
Pater Berthier MS sebagai Pendiri Kongregasi MSF menemukan bakat kepemimpinan dalam diri Pater Trampe.
Itu antara lain sosok pribadi yang saleh, semangat religius dan setia terhadap Kongregasi, kapasitas intelektual cemerlang, kemauan keras, dan memiliki semangat kerja yang luar biasa.
Pater Trampe adalah murid setia Pater Berthier MS.
Warisan iman
Berikut ini sejumlah warisan rohani peninggalan Bapa Trampe kepada para suster MASF:
Adorasi
Bapa Trampe selalu menimba kekuatan dari Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Itulah sebabnya, beliau bercita-cita mengadakan adorasi kepada Sakramen Mahakudus dalam Kongregasi MASF dan mewariskan semangat doa ini kepada para susternya.
Doa Rosario
Bapa Trampe memelihara hubungan cinta sebagai anak kepada ibunya melalui Doa Rosario. Sebagai perwujudan dari keakraban, Bapa Trampe mengambil nama Maria sebagai nama pelindung. Dan di akhir hidupnya, rosario selalu berada dalam genggaman tangannya.
Jalan Salib
Merenungkan cinta kasih Yesus dalam penderitaan-Nya.
- Setia menerima Sakramen Tobat
- Pemeriksaan Batin.
Ini menjadi sarana untuk mempertahankan panggilannya.
Selamat untuk para suster MASF dalam mengenang Sang Bapa pendiri.
Semoga keteladanan hidupnya menginspirasi para suster MASF di mana pun berada.