Puncta 09.01.22
Pesta Pembaptisan Tuhan
Lukas 3: 15-16. 21-22
PADA Pesta Pembaptisan Tuhan ini, saya tergerak membuka surat baptis saya. Saya dibaptis pada umur lima hari yakni tanggal 4 Maret di Gereja Maria Assumpta Klaten.
Romo yang membaptis adalah Romo Gasparus de Quay SJ. Emban Baptis saya Bapak Yakobus Samiyono. Menerima Sakramen Krisma di Kapel Somokaton pada tanggal 15 Juni 1978 dengan nama pelindung Santo Yosep.
Di kolom “terima Sakramen Perkawinan” dicoret. (Maaf ya saya ini Januari alias jomblo selamanya setiap hari) lalu diganti oleh Romo Mardisuwignya Pr, Romo Paroki Klaten waktu itu, dengan tulisan “Sacramentum Presbyteratum Accipit” artinya menerima Sakramen Imamat pada tanggal 27 Agustus 1994 di Yogyakarta.
Dulu kalau misa entah di Somokaton atau di gereja paroki, ibu selalu mengajak saya bertemu dengan Romo.
Ibu menirukan pesan Romo de Quay SJ, “Besuk dadia romo ya ngger.” (Besuk kalau besar jadilah pastor ya nak).
Kalau ibu pas dapat jatah caos dhahar romo, saya selalu diajak makan bersama. Saya sering diminta menghabiskan “sisanya” romo.
Saya merasa bahagia dan bangga dibaptis secara Katolik. Saya menjadi seperti sekarang ini karena baptisan yang saya terima.
Saya menghidupi iman katolik dengan sukacita dan saya merasa Tuhan mengasihi hidup saya melalui banyak orang di sekitar saya. Saya berusaha menekuni panggilan saya.
Hari ini kita rayakan Pesta Pembaptisan Tuhan. Yesus dibaptis oleh Yohanes di Sungai Yordan. Dengan pembaptisan, Yesus dimaklumkan sebagai Anak Allah yang terkasih.
Roh Kudus turun atas-Nya seperti burung merpati. Allah menyatakan bahwa Yesus adalah “Anak yang Kukasihi.”
Dengan pembaptisan kita disatukan dengan Yesus. Kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Kita juga dikasihi oleh Allah.
Seperti Yesus taat setia melaksanakan kehendak Bapa-Nya, kita pun dipanggil untuk taat dan setia melakukan kehendak Bapa.
Allah berkenan kepada Yesus karena Ia taat pada Bapa.
Pada waktu dibaptis kita diberi kain putih dan lilin bernyala. Kain itu melambangkan hidup kita. Kita dipanggil untuk menjaga agar hidup kita tetap putih suci.
Bagaimana caranya?
Dengan patuh dan setia melaksanakan kehendak Bapa. Lilin bernyala berarti kita diajak menjadi cahaya yang menerangi kegelapan di sekitarnya.
Hidup dan karya kita hendaknya berguna bagi sesama di tengah masyarakat. Seperti lilin yang meleleh terbakar habis, kita pun diutus mau berkorban bagi dunia sekitarnya.
Apakah anda bahagia menjadi murid Yesus? Apakah anda gembira hidup sebagai orang katolik?
Apakah kita berani menunjukkan kekatolikan kita dengan menjadi lilin di tengah-tengah dunia?
Makan pagi dengan rica-rica.
Aneka menu ada di atas meja.
Syukur atas pembaptisan kita.
Hidup jadi terang penuh sukacita.
Cawas, syukur atas baptis mulia….