SUATU hari di aula Wisma OMI, almarhum Romo J. Adi Wardaya SJ –seperti biasanya– tampil gagah di hadapan para aktivis muda dari berbagai kota. Mereka datang dari Semarang, Solo, Yogya, Purwokerto dan entah mana lagi.
Tanpa banyak basi-basi, almarhum lalu mewedhar (membahas) “Kitab Kuning”. Kata almarhum Romo Adi waktu itu, beliau juga punya “Injil Kuning” seperti halnya para kiai NU punya Kitab Kuning.
Lazarus dan Zakeus
Maka bernarasilah almarhum Romo Adi tentang kisah seorang pemungut cukai. Awalnya, almarhum Romo Adi minta audiens membaca sebuah perikop Injil Lukas 19: 1-10. Audiens lalu diberi kesempatan cukup lama membaca, dan kemudian hening.
Sesudah itu, Romo Adi lalu menarasikan ulang kisah tersebut.
“Pada suatu hari, Yesus berjalan-jalan. Di Yeriko orang banyak berkerumun ingin melihat sosok seperti apa Yesus itu. Nah, di antaranya sekian banyak orang, ternyata ada seorang yang naik ke atas pohon. Ia begitu ingin melihat sosok yang namanya begitu terkenal itu.”
“Ternyata Yesus melihat orang itu. Berkatalah Dia,” kata Romo Adi. “Lazarus, turunlah…,” sambung Romo Adi.
Sesaat setelah kalimat pendek itu diucapkan, maka audiens secara spontan menjawab dengan perkataan keras: “Zakeus…!”
Seperti mengabaikan tanggapan dan tanpa berusaha membetulkan, Romo Adi lalu mengulang cerita dari awal. Sampai bagian tadi, kembali Romo Adi Wardoyo kembali dengan kalimat yang sama. “Lazarus, turunlah…., ” seru Romo Adi.
Dan audiens kembali memberikan reaksi yang sama. Membetulkan nama “Lazarus” menjadi “Zakeus”.
Cerita kemudian dipenggal. Romo Adi bernarasi lagi dengan kisah yang sama. Juga mengatakan dengan kalimat terakhir yang sama pula; lalu sebagian audiens dengan kepala penuh tanya masih ada yang bereaksi sama juga. “Lazarus, turunlah,” kata Romo Adi.
“Itu bukan tempatmu, tetapi itu tempat Zakeus,” tambah Romo Adi Wardoyo.
Provokator ulung
Kisah tadi, menurut Romo Adi, adalah kisah (rekaan) tentang guru SD yang bercerita di hadapan muridnya. Ia kepleset nama. Dan anak-anak SD yang hafal kisah Kitab Suci itu beraksi persis sama dengan audiens anak-anak muda aktivis tersebut.
Dengan kreatif, begitu penekanan dari Romo Adi, sang guru lantas berkata, “Lazarus, turunlah, itu bukan tempatmu, itu tempat Zakeus…..”
Lantas audiens di Kaliori itu tertawa sambil sedikit dongkol karena dikerjain Romo yang bakat jadi seorang provokator ulung ini.
Kreatif, begitu nilai yang lantas ditekankan Romo Adi Wardoyo dengan kisah “Injil Kuning”-nya itu.
Dan itulah untuk pertama kali saya mendengar kisah-kisah “Injil Kuning” versi Romo Adi Wardoyo SJ.
Selamat jalan Romo. Terima kasih. Saya kira pasti ada banyak orang yang pernah mengalami dan terbakar dengan api semangat yang engkau kobarkan. Doakanlah kami.