SESEORANG bisa dikenang dan diingat karena mengesankan. Faktornya bisa macam-macam. Ada yang karena kemampuannya (cerdas dan pandai), penampilan parasnya, ada pula yang karena hati dan perilakunya yang baik, lembut, dan penuh kasih.
Iman pun bisa mengesankan. Bukan hanya mengesankan bagi manusia, melainkan juga untuk Tuhan. Itulah yang dapat direfleksi dari injil hari ini (Matius 8: 5-11).
Apa yang membuat Tuhan terkesan?
“Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” (Matius 8: 8).
Mengapa kata-kata perwira yang meminta Yesus menyembuhkan hambanya itu mengesan bagi Tuhan?
Pertama, perwira itu memohon kesembuhan dari Yesus bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk hambanya. Amat jarang seorang “majikan” begitu memperhatikan hambanya. Perwira itu tentu orang yang penuh kasih dan peduli kepada orang lain.
Kedua, perwira itu melihat diri dan keluarganya tidak pantas menerima Tuhan Yesus di rumahnya. Merasa tidak pantas itu justru memperlihatkan betapa mulia hatinya. Orang yang rendah hati melihat kelemahan dan dosa dirinya. Sedang orang sombong sibuk melihat kesalahan orang lain.
Sikap rendah hati dari perwira itu menjadi jalan bagi kematangan imannya. Memang, iman sejati tumbuh secara cepat dan kuat dalam kerendahan hati. Dalam hati yang demikianlah Tuhan berkenan hadir.
Pada saat menjalani masa adven, kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan.
Mari kita ingat bahwa Tuhan berkenan datang dan tinggal dalam orang-orang yang rendah hati.
Secara rohani, kerendahan hati di hadapan Tuhan itu tampak dalam sikap bertobat; mengakui kesalahan dan dosa. Misalnya, lewat pengakuan dosa. Di sana orang melakukan tindakan yang mengesankan bagi Tuhan.
Senin, 28 November 2022