Bacaan 1: Ul 6:4 – 13
Injil: Mat 17:14 – 20
BAGI pelukis, tangan adalah aset sangat berharga.
Bagaimana jadinya jika seseorang ingin melukis tapi tidak memiliki kedua tangan?
Sesuatu hal yang sangat mustahil. Namun tidak demikian dengan Sabar Subandi, pria asal Salatiga di Jateng.
Ia adalah pelukis yang berkarya dengan kakinya. Karena memang tidak memiliki kedua tangan.
Dengan keterbatasan yang dimiliki, justru membuat Sabar termotivasi untuk bisa bersaing dengan orang normal pada umumnya.
Sejak usia Taman Kanak-kanak, bakat melukisnya sudah mulai tercium oleh ayahnya yang bekerja sebagai penjaga sekolah.
Ironisnya, justru banyak sekolah umum menolaknya untuk menjadi siswa. Bahkan ia disarankan untuk sekolah di SLB saja.
Namun ibunya ngotot agar Sabar Subandi tetap di sekolah umum.
Dan akhirnya ada salah satu SD yang mau menampungnya.
Kelas IV, Sabar sudah dilirik Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) yang selama ini peduli membina bakat-bakat para difabel di bidang melukis.
Tahun 1990, Arswendo Atmowiloto yang kala itu menjadi wartawan sempat membeli lukisannya dengan harga Rp 150.000,00
Sesuatu hal yang sangat mustahil, namun bisa dicapai oleh Sabar Subandi.
Tuhan Yesus berbicara mengenai kegagalan para murid saat mengusir setan ayan dalam diri seorang anak, karena kurang percaya.
Tuhan Yesus mengkritik, seandainya para murid memiliki iman sebesar biji sesawi (sangat kecil) saja maka akan menghasilkan efek yang dramatis.
“…Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.”
Iman adalah masalah ketaatan dan percaya.
Saat Bangsa Israel akan memasuki “Tanah Terjanji”, Musa memberikan wejangannya.
Mereka harus taat pada sebuah hukum khusus, larangan beribadah kepada illah lain selain Allah.
“TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa. Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”
Pesan hari ini
Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Jika aku mampu melakukan sesuatu yang mustahil, itu terjadi hanya karena imanku pada-Nya.
Iman adalah sebuah ketaatan dan percaya bahwa tidak ada illah lain selain Allah.
“Sesungguhnya kita tak pernah gagal sampai kita menyerah. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”