Membaca Yesaya 42: 1-7 orang menemukan tokoh yang disebut hamba Tuhan. Siapakah dia? Bagaimanakah peranannya dalam karya Tuhan?
Deutero Yesaya (Yesaya 40-55) ditulis untuk orang-orang Yahudi yang hidup dalam pembuangan di Babilonia. Hamba Tuhan bisa berarti seluruh bangsa Israel dalam pembuangan.
Namun, para penginjil Perjanjian Baru berpendapat bahwa Yesus Kristuslah hamba Tuhan itu (Yesaya 42: 1-4). Lalu, apa yang bisa direnungkan dari bacaan hari ini (Yesaya 42: 1-7 dan Yohanes 12: 1-11)?
Pertama, Tuhan mengutus seorang hamba yang penuh dengan roh; bukan seorang tiran atau penguasa lalim (Yesaya 42: 3). Dia adalah utusan Tuhan yang membawa keadilan; bukan penguasaan.
Kedua, Tuhanlah yang membawa keadilan di muka bumi kepada semua orang. Dia mengutus hamba-Nya untuk bertekun hingga keadilan terwujud sampai ke ujung bumi (Yesaya 42: 4).
Ketiga, Tuhan menghendaki agar bangsa pilihan-Nya menjadi cahaya bagi bangsa-bangsa, membuka mata orang buta, membebaskan para tahanan dari penjara dan.mereka yang hidup dalam kegelapan (Yesaya 42: 6-7).
Dalam diri Yesus, orang menemukan tiga hal di atas. Bukankah Yesus memang utusan yang dipilih Tuhan? Meski banyak orang berusaha membunuh-Nya, Yesus menyelesaikan misi-Nya.
Yesus itu menghendaki agar para murid dan pengikut-Nya melakukan hal yang sama. Mereka diutus untuk mewujudkan keadilan. Tidak melalui kekerasan dan tindakan yang lalim, melainkan seturut teladan Yesus.
Mereka tidak hanya percaya kepada-Nya, tetapi dalam hidupnya menghadirkan Sang Hamba Tuhan itu.
Senin, 3 April 2023