Menghayati Hukum yang Membebaskan

0
65 views
Tuhan, kasihanilah aku, orang berdosa, by Vatican News.

“TUJUAN dari hukum bukanlah untuk menghapuskan atau mengekang, namun untuk melestarikan dan memperluas kebebasan,” kata John Locke, filsuf Inggris. Betapa pentingnya memahami hukum secara tepat.

Injil hari ini (Matius 12:1-8) berbicara tentang Hukum Sabat. Yesus menunjukkan pandangan dan penghayatan yang berbeda dari yang dilakukan kaum Farisi.

Orang-orang Farisi menaati hukum Sabat secara sangat ketat, karena mereka berpendapat bahwa hal itu akan menjamin keselamatan mereka. Sikap itu membawa sikap negatif.

Pertama, mereka demikian sensitif terhadap pelanggaran kecil dan merasa terganggu olehnya. Itulah yang terjadi ketika mereka melihat murid-murid Yesus pada hari Sabat memetik bulir gandum dan memakannya (Matius 12:1).

Kedua, mereka sering menafsirkan hukum Sabat terlalu ketat. Yang dilarang dilakukan pada Hari Sabat adalah memanen gandum (Keluaran 34:21). Namun, mereka menganggap bahwa memetik bulir gandum dan memakannya itu sama dengan memanen gandum. Ini salah satu contoh menafsirkan Hukum Sabat terlalu ketat.

Cara demikian justru membuat manusia terbelenggu oleh hukum. Mereka lupa bahwa hukum itu untuk menjamin kebebasan manusia. Karena itu, untuk menjawab kritikan mereka itu Yesus mengatakan kisah tentang Daud yang melanggar hukum namun tidak bersalah. Mengapa? Karena itu Dayd lakukan demi manusia yang lapar.

Selanjutnya, Yesus menunjukkan identitas diri-Nya bahwa Dia adalah Tuhan atas Hari Sabat (Matius 12: 8). Sebagai wujud kasih Allah, Dia datang untuk membebaskan manusia.

Kesimpulannya, bacaan Injil hari ini mengajak orang untuk menghayati hukum secara benar sehingga hukum itu membebaskan manusia. Hukum yang tertinggi dan membebaskan itu adalah cinta kasih. Itu tampak nyata dalam pribadi Yesus.

Siapa yang menghayati kasih tidak mungkin melanggar hukum.

Jumat, 19 Juli 2023
HWDSF

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here