MANUSIA diciptakan secitra dengan Tuhan (Kejadian 1:26). Dia dipanggil untuk menjadi serupa dengan-Nya pula. Artinya, menjadi sempurna seperti Bapa di surga sempurna adanya (Matius 5: 48).
Bagaimanakah orang bisa menghayati panggilannya itu?
Dengan menaati perintah Tuhan. Itulah yang disampaikan dalam bacaan hari ini (Ulangan 26: 16-19 dan Matius 5: 43-48).
Bacaan pertama diambil dari bagian kedua Kitab Ulangan bab 26.
Isinya tentang melakukan perintah Tuhan. Itulah yang menunjukkan identitas mereka. Dengan melaksanakan ketetapan dan peraturan Tuhan bangsa Israel disebut umat Tuhan.
Tuhan Yesus menggarisbawahi perintah itu dalam satu ajaran, yakni mengasihi sesama tanpa kecuali, termasuk orang-orang yang berlaku jahat (Matius 5: 44).
Perintah ini amat jelas, sekaligus sulit dilaksanakan.
Sebagaimana bangsa Israel layak disebut sebagai umat Tuhan selama mereka melakukan perintah-perintah-Nya, demikian pula orang-orang Kristiani.
Mereka hanya pantas disebut Kristen ketika mereka mewujudkan yang Yesus ajarkan.
Kasih sejati tidak mengenal diskriminasi. Jangankan perbedaan suku, ras, agama, dan golongan (SARA), mereka yang berbuat jahat pun tidak boleh dikecualikan.
Kasih Tuhan merangkul semua orang. Demikian pula kasih Kristiani.
Itulah identitas orang Kristiani. Identitas itu bukan sekadar label, melainkan sesuatu yang tampak dalam hidup sehari-!hari.
Di tengah dunia yang diwarnai egoisme kelompok, golongan, dan pilihan politik, hal itu merupakan tantangan yang berat.
Namun, tidak ada pilihan lain. Dalam hidupnya di dunia ini, orang Kristen dipanggil untuk menghayati panggilan sejatinya itu.
Sabtu, 4 Maret 2023