Menghibur yang Bersedih

0
387 views
Jasa pria menghapus airmata perempuan. (Ist)

Puncta 19.09.23
Selasa Biasa XXIV
Lukas 7: 11-17

AIRMATA adalah bahasa tubuh paling kelihatan ketika orang mengalami kesedihan dan penderitaan yang dalam.

Menangis adalah bahasa universal untuk mengungkapkan perasaan terdalam. Orang yang sedih bisa menangis, demikian pun orang yang sangat bahagia, terharu bisa berderai airmatanya.

Menangis bukan melulu haknya perempuan. Laki-laki pun juga berhak menangis jika menghadapi kesedihan. Menangis itu milik siapa pun, karena dengan itu orang bisa mencurahkan seluruh beban perasaannya.

Menangis juga bukan tanda kelemahan. Belum tentu orang yang kuat tidak menangis. Menangis adalah ungkapan emosi yang alamiah, wajar dan netral.

Dengan menangis, orang bisa melepaskan beban berat dan menemukan kelegaan.

Menangis menjadi tanda nyata akan kesedihan dan kepedihan hati. Yesus bertemu dengan seorang janda di Nain yang sangat berduka karena kehilangan anak laki satu-satunya.

Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan.

Yesus sangat mengerti kesedihan ibu itu karena anak laki-laki itu adalah satu-satunya pegangan hidupnya.

Dialah penerus keluarga. Dialah gantungan hidupnya. Kehilangan anak laki satu-satunya berarti kehilangan hidup dan masa depannya.

Yesus berkata, “Jangan menangis.” Yesus menguatkan hati dan menghibur ibu yang bersedih. Ia menghampiri usungan dan berkata, “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah.”

Lalu bangunlah orang muda itu dan hidup kembali.

Yesus mengajari kita untuk peduli, punya hati kepada orang yang sedang mengalami kesedihan dan penderitaan.

Kehadiran kita adalah penghiburan bagi yang berduka. Sapaan kita adalah kekuatan yang memberi semangat.

Sekecil apa pun perhatian kita kepada mereka yang sedang berbeban berat, hati pedih dan pilu akan sangat menguatkan.

Yesus mengajari kita untuk punya empathy. Sapaan penghiburan, pelukan hangat, hati yang ikhlas adalah daya yang membangkitkan.

Mari kita punya hati dan peduli bagi mereka yang berbeban dan sedih sepi sendiri.

Pergi ke sawah naik pedati,
Ditarik oleh empat ekor sapi.
Marilah kita punya empathy,
Untuk sahabat yang sedih pilu hati.

Cawas, peduli untuk menemani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here