POHON yang baik menghasilkan buah yang baik. Pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
Itu salah satu pesan yang perlu direnungkan hari ini.
Bagaimana caranya? Antara lain, dengan membaca atau mendengarkan dan merenungkan Sabda Tuhan (1 Korintus 10: 14-22a dan Lukas 6 :43-49). Pohon itu bisa dikaitkan dengan pelbagai realita seperti hidup rohani, hidup doa, atau kehidupan murid Yesus.
Murid Yesus yang sejati menampakkan pohon baik dan menghasilkan buah yang baik. Pohon itu berakar pada diri Yesus dan menyerap sari-sari makanan yang menghidupinya, yakni sabda dan tubuh-darah-Nya.
Mereka bukan orang yang berseru “Tuhan, Tuhan” tanpa melaksanakan kehendak-Nya. Sebaliknya, mereka mewujudkan secara nyata sabda Yesus, sehingga hidupnya kokoh kuat bagai bangunan yang didirikan di atas batu (Lukas 6: 48).
Hidup mereka mengalir dari sakramen baptis, yakni persatuan dengan hidup Yesus (sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya). Mereka berpusat pada sakramen ekaristi. Di sana mereka mempersembahkan dengan penuh syukur darah Kristus (1 Korintus 10: 16).
Hidup mereka disemangati dengan jiwa berbagi yang mengalir dari persekutuan dengan Yesus, Sang roti yang dibagi-bagi (1 Korintus 10: 16).
Hidup sebagai murid Kristus digambarkan sebagai pohon baik yang menempel pada Kristus, Sang Pokok Anggur (Yohanes 15: 1-8). Dengan cara itulah pohon itu menghasilkan buah yang baik.
Karena menjiwai hidupnya dengan Sang Kasih dan Kebaikan, mereka mengalirkan hal-hal yang baik dari dalam dirinya (Lukas 6: 45). Baik sebagai pribadi maupun komunitas, mereka menyebarkan kasih dan kebaikan.
Mereka sering tidak disukai, terutama tatkala berada di tengah pohon-pohon yang tidak baik. Pohon yang anti kasih dan kebaikan. Sikap antipati itu tidak perlu menyurutkan niat dan tindakan baik mereka.
Sebaliknya, semakin banyak yang tidak menyukai karena kasih dan kebenarannya, semakin terbuka lebar kesempatan untuk menghidupi pohon baik.
Sabtu, 10 September 2022