ANEKA kegiatan dilakukan umat Katolik di lingkungan sekitar Kota Pontianak, menyambut Hari Raya Natal 2024. Kegiatan tersebut misalnya menghias rumah dengan aksesoris Natal; lampu yang berkedip.
Halaman rumah, bahkan di taman-taman dipasang lampu berkelap-kelip. Demikian pula di depan Gereja Katedral dan gereja di paroki–paroki sekitar kota Pontianak.
Pemerintah daerah serta lembaga formal mengupayakan agar Natal dan Tahun Baru dapat dirayakan dengan meriah. Hal itu terlihat dari beberapa tempat di persimpangan/perempatan jalan atau pun beberapa kantor. Taruhlah itu seperti di halaman kantor gubernur; atau di depan pinta gerbang Megamall dipasang pohon Natal dan replika kereta yang ditarik beberapa ekor rusa dengan tanduk yang bercabang.
Itulah pemandangan umum yang saya saksikan setiap kali dalam perjalanan mengendarai mobil layanan online saat melewati Kota Pontianak, pengemudi mobil berkomentar: “Dekorasi Natal tahun ini terkesan semarak”.
Saling berkunjung
Kegiatan lainnya adalah umat katolik saling berkunjung ke sanak famili atau kenalan. Bahkan, yang non Katolik pun bertandang ke rumah rekan kerja. Beberapa komunitas biara katolik di sekitar Kota Pontianak membuka pintu rumah biara (open house) dengan mempersilahkan tetangga dan kenalan untuk hadir bertandang ke biara. Kegiatan lainnya di salah satu paroki, umat lingkungannya membuat Gua Natal’ Sedangkan beberapa anggota tarekat religius turut membantu memimpin ibadat di stasi pedalaman.
Open House
Beberapa komunitas biara, seperti komunitas Suster SMFA di Sentarum, komunitas Suster SFIC di Jl. AR Hakim, komunitas Suster KFS Jl. Pancasila, komunitas Suster CP Sungai Raya dan komunitas Bruder MTB Jl. Sepakat dan Jl. Patimura atau Wisma Keuskupan Agung Pontianak mengadakan open house pada hari berbeda. Berlangsung mulai tanggal 25 Desember 2024 sampai awal bulan Januari 2025.
Hampir setiap tempat membuka diri untuk secara sengaja dikunjungi oleh siapa pun. Para tetamu dijamu dengan makanan setengah berat. Misalnya bakso atau makanan-makanan dan minuman ringan; kue-kue kering atau buah-buahan.
Secara kebetulan pada bulan Desember, berjenis-jenis buah siap dipanen. Durian, rambutan, langsat, atau rambai dan buah-buah lokal lainnya sudah mulai masak. Aneka buah tersebut berasal dari wilayah lain di luar kota dan para pedagang menjualnya di Pontianak.
Suster dan bruder lakukan turne
Berkenaan dengan open house, magistra novis Sr. Lustiana SMFA dan para suster SMFA di Pontianak menjelaskan begini: “Kami baru dapat menerima tamu hari ini (Kamis, 2 Januari 2024), karena sebagian besar suster kami diminta pastor paroki pedalaman untuk memimpin ibadat perayaan Natal di stasi-stasi yang tidak terjangkau oleh para pastor yang melayani umat Katolik di pedalaman.”
Sebagian besar umat katolik; di Kalimantan Barat tersebar dan tinggal di wilayah pedalaman. Jauh dari perkotaan, dengan jalan yang tidak mudah dilalui. Sebagian lagi, harus melalui jalur air dengan kapal klotok.
Para suster atau bruder/frater yang melakukan turne (tourney) –perjalanan para imam, suster, bruder atau frater ke wilayah pedalaman untuk misi kegiatan pastoral- biasanya terlebih dahulu berkumpul di pusat paroki wilayah tertentu. Barulah kemudian mereka dijemput umat untuk dibawa menuju stasi-stasi yang telah ditentukan.
Rentang waktu tourney antara 4-5 hari. Tergantung dari jumlah tempat yang dikunjungi dan kondisi jalan. Pastor paroki melayani umat di pusat paroki dan beberapa stasi yang dapat dijangkau.
Sebagai contohnya berikut ini. Sr. Fransiska, SMFA, Sr. Albertha SMFA dan Sr. Fabiana SMFA membagikan cerita dan jadwal kunjungan tourney mereka di Paroki St. Paulus Dari Salib Mandor, Kabupaten Landak, Keuskupan Agung Pontianak. Jarak Kecamatan Mandor kurang lebih 90-an km, dari Pontianak. Paroki ini memiliki 43 stasi, tersebar di 17 Desa.
Dalam jadwal tercatat kurang lebih 7 orang dari tarekat suster CP dan SMFA serta satu orang katekis membantu pelayanan Natal di stasi-stasi di paroki tersebut. Satu orang mengunjungi beberapa stasi; dijemput oleh umat dari stasi tujuan.
Hampir senada dengan pengalaman para suster SMFA, Br. Damasus MTB mendapat tugas tourney di Stasi Empakan, Stasi Tonggoi dan Stasi Pelaik Ajai. Ketiga stasi tersebut bagian dari Paroki Salib Suci Nanga Tebidah, Keuskupan Sintang, Kabupaten Sintang. Dari pusat paroki, ia dijemput oleh umat untuk dibawa ke stasi. Dua stasi terakhir dicapai dengan menggunakan motor air.
Gua Natal
Selain saling berkunjung antara umat, sanak famili atau rekan kerja pada masa libur Natal dan Tahun Baru 2025 lalu, ada kegiatan lain yang dilakukan sebagian umat Paroki St. Sesilia, Pontianak Tenggara, Keuskupan Agung Pontianak. Kegiatan tersebut adalah membuat Gua Natal. Ada enam keluarga mewakili lingkungannya menyediakan Gua Natal-nya, dilihat dan dinilai oleh panitia Natal. Meskipun sebenarnya ada kebiasaan umat Katolik untuk membuat Gua Natal; menyambut kelahiran Yesus di tempat tinggal mereka, masing-masing.
Dengan membuat Gua Natal, umat Paroki St. Sesilia mencoba memaknai lebih dalam peristiwa Natal. Umat paroki ini mencoba menjawab ajakan PGI dan KWI untuk berangkat dan “menjumpai Yesus di Betlehem” secara spiritual.
Dalam bincang-bincang dengan para pembuat Gua Natal, beberapa dari mereka menceritakan bahwa saat memasang kardus, atau kertas koran, mengecat, menata beberapa ranting, dalam proses membentuk gua, memasang patung-patung, memasang duplikat bintang, terbayang bagaimana kesibukan mereka di sekitar kandang.
- Saat Maria dan Yosep mempersiapkan kelahiran bayi Yesus, apakah ada orang lain datang membantu?
- Saat gembala tahu bahwa di kandang hewan ada bayi baru saja lahir, bagaimana perasaan mereka?
- Apa saja yang mereka pikirkan dan kerjakan?
Hal itu pula yang menjadi renungan Sdr. Fidelis Marcel, Koordinator mengurus Gua Natal dalam perjalanan mengunjungi rumah-rumah yang menyediakan diri Gua Natal-nya dilihat dan kemudian dinilai. Sebagai apresiasi kepada pembuat Gua natal, Panitia Natal Paroki St. Sesilia memberikan penghargaan kepada semua peserta.
Mewartakan kebaikan
Dalam sebuah kesempatan, Pastor Paroki St. Sesilia Pontianak Romo Fransiskus Yosnianto OFMCap menegaskan bahwa menindak lanjuti peristiwa Natal, ia mengajak semua umat menjadi pewarta kebaikan. “Kita semua harus siap mewartakan Kabar Gembira Injil; dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik,” ajaknya.
Vikjen Keuskupan Agung Pontianak ini menambahkan bahwa kita semua tidak bisa mengatakan kepada diri kita sendiri: ‘Saya ini bukan siapa-siapa hanya sekadar untuk menghindarkan diri berbuat baik’.
Dalam Peristiwa Natal, tambahnya, Allah telah berbicara kepada kita melalui Putera-Nya. Maka dari itu, kata dia, “Kita mempunyai kewajiban untuk berbuat baik, sesuai dengan panggilan hidup kita masing-masing.”
Demikia imbuh Vikjen Keuskupan Agung Pontianak Romo Fransiskus Yosnianto OFMCap.
Pontianak, 17 Januari 2025
Br. Bernardinus Sukasta MTB