SAYA sungguh merasa bersyukur atas rahmat yang diberikan Allah pada diri saya. Tentunya, saya juga ingin mengucapkan terimakasih pada Dewan Provinsi Kongregasi Suster Penyelenggara Ilahi (PI).
Itu karena DP Kongregasi Suster PI telah memberi kesempatan kepada penulis sebagai anggota komunitas lokal di Kupang boleh melakukan ziarah mengikuti prosesi ritual iman bernama Semana Santa di Desa Konga, Flores Timur, NTT.
Samana Santa merupakan salah satu peristiwa dari rangkaian Perayaan Iman Kristiani selama kurun Trihari Suci. Di situlah umat Katolik lokal di Flores Timur ini selalu menyelenggarakan prosesi Samana Santa yang dilaksanakan di Kota Larantuka.
Warisan tradisi Portugis
Tradisi Semana Santa di Kabupaten Larantuka ini selalu berlangsung secara meriah dan namun penuh hikmat. Hal ini sesuai dengan ragam tradisi ritual yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya sejak abad ke-16 abad lalu.
Ini merupakan warisan tradisi orang-orang Portugis yang di abad ke-16 datang ke Flores Timur sembari menyebarkan iman, namun juga menancapkan kuku kolonialismenya. Ini bisa dimengerti sehingga mayoritas penduduk lokal di Flores Timur adalah Katolik.
Di tiga lokasi berbeda
Prosesi ritual bernama Samana Santa di wilayah Larantuka ini biasanya berlangsung di tiga lokasi berbeda, namun terjadi secara bersamaan.
Ketiga lokasi itu adalah:
- Kota Larantuka.
- Wure di Pulau Adonara.
- Desa Konga di wilayah Kecamatan Titehena.
Meskipun pelaksanaan prosesi Semana Santa ini sama-sama ingin “mengungkap” peristiwa yang sama yakni mengenang peristiwa sengara dan wafat Yesus, namun dalam proses pelaksanaannya ada banyak aspek muncul dengan atmosfir berbeda-beda.
Pada umumnya, umat Katolik di Indonesia lebih mengenal acara Semana Santa yang terjadi di Kota Larantuka.
Itulah sebabnya, para peziarah dari berbagai daerah NTT maupun di luar NTT seperti Jakarta, Surabaya, dan juga Bandung sering datang berbondong-bondong untuk mengikuti prosesi Samana Santa “hanya” di Larantuka saja.
Padahal, sejatinya ada dua Semana Santa yang berlangsung di dua lokasi lainnya.
April 2019 lalu, penulis memilih lokasi yang berbeda dari yang biasanya itu. Kali ini, saya akan berkisah tentang ziarah prosesi Semana Santa yang berlangsung di Desa Konga. Namun, sebelum masuk ke tema besar itu, penulis terlebih dahulu akan memberi gambaran umum tentang Desa Konga ini.
Berlokasi di tepi pantai
Konga adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Titehena di sebelah barat Kota Larantuka arah Maumere, Flores Timur, NTT. Desa ini terletak di kawasan lahan tepi pantai di sebuah lokasi perairan teluk yang tenang.
Lokasi ini dapat dicapai dari Larantuka sekitar 1,5 jam atau kalau datang dari arah Maumere maka perjalanan makan waktu selama 2,5 jam.
Sepanjang perjalanan darat dari Larantuka menuju Konga, maka mata kita akan disuguhi pemandangan yang sangat cantik dengan liku-liku perjalanan dan hamparan sawah serta sesekali kita melewati pinggiran pantai.
Di depan Desa Konga itu terdapat pulau kecil nan cantik dan panorama perairan yang eksotik yang sangat mempesona. Menjadi lebih indah lagi, ketika Mentari mulai muncul di balik pulau tersebut.
Pulau ini tidak berpenghuni. Namun, pulau ini konon katanya telah disewa oleh PT Asa Mutiara, satu investor Jepang, untuk dijadikan tempat budi daya mutiara.
Punya akar tradisi kuat
Desa Konga ini mempunyai warisan tradisi sangat kuat dalam “kesetiaan” mereka yang selalu menjalani ritual iman Prosesi Jumat Agung. Ini merupakan warisan peninggalan bangsa Portugis sejak abad XVI. Dan ritual imam Katolik dengan prosesi ini masih dijaga sangat baik secara turun temurun sampai saat ini.
Prosesi Jumat Agung itu dihayati sebagai suatu peringatan dan permenungan akan sengsara, wafa, dan kebangkitan Yesus Kristus. Ingatan akan peristiwa ini menjadi suatu tradisi keagamaan yang begitu khas bagi umat Katolik di Desa Konga dan secara umum umat Katolik di Larantuka pada umumnya. (Berlanjut)