SALIB mewartakan kekuatan Allah dalam kelemahan, salib merupakan kebijaksanaan yang tampak sebagai kebodohan (1 Kor 1: 18-25).
Kebodohan salib
Bagaimanakah seseorang dapat disembuhkan melalui salib ?
Tentang “kekuatan kuasa” yang menyembuhkan dari salib seakan-akan mengandung pertentangan, sepintas salib berarti “kelemahan”.
Perjanjian Lama memiliki tradisi tentang kebijaksanaan orang bijak yang oleh Allah dipandang sebagai kedunguan dan kebodohan. Bagi orang Israel yang sedang dalam pengembaraan menuju Tanah Terjanji, kebijakan di tanah Mesir tampak sebagai kebodohan. “Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap dirinya pintar.” (Yes 5: 21)
Kebijaksanaan Allah jauh mengatasi hikmat kami, melampaui alam pikiran kami. “Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu, dan rancanganKu dari rancanganmu.” (Yes 55 : 8-9).
Masing-masing kami mempunyai satu salib atau lebih yang harus kami pikul. Mungkin berupa salib yang berkaitan dengan pekerjaan; tapi bisa juga salib itu “berwujud” orang atau kelompok manusia yang secara sengaja maupun tidak telah mendatangkan kesulitan bagi hidup kami. Sangat mungkin pula, salib kehidupan itu berwujud penyakit, cacat fisik, emosi yang meletup-letup tanpa control, pola kedosaan yang sukar diberantas.
Salib juga dapat berupa sesuatu yang kami bawa dari masa lampau. Apakah itu berupa kenangan-kenangan yang memerlukan penyembuhan, kegagalan-kegagalan waktu kecil yang kurang membahagiakan. Bisa juga berupa kesedihan yang berlarut-larut lantaran seseorang yang kami kamingi telah meninggal. (Bersambung)