Mengobral Setan demi Konten

1
357 views
Ilustrasi.

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Senin, 21 Februari 2022.

Tema: Aku percaya.

Bacaan.

  • Yak 3: 13-18.
  • Mrk 9: 14 -29.

“ROMO apakah setan itu ada?”

“Ada. Dan itu memang ditulis di dalam Kitab Suci.”

“Apakah bisa mengganggu?”

“Bisa. Iblis menghambat hubungan kita dengan Tuhan. Kalau kita mengundangnya.”

“Maksudnya?”

“Kalau kita mengundang dia untuk kepentingan pribadi, misalnya, supaya keinginan didapat lalu pergi ke dukun. Dan dukun itu minta yang aneh-aneh.

Atau pergi tempat-tempat yang dikenal untuk pesugihan, kesaktian, lalu mempersembahkan sesuatu atau menggadaikan jiwa untuk mendapat apa yang kita minta.”

Terdengar dari cerita-cerita masyarakat ada yang meminta tumbal. Bahkan tumbal di antara anak-anaknya atau saudara-saudarinya.

“Kenapa ya Mo, ada saat-saat tertentu, beberapa orang suka dan sering bicara tentang setan, kuasa kegelapan, iblis dan lain-lain. Seolah-olah mengesankan diri sebagai ahli di dalam dunia persetanan?”

Tidak punya otoritas bicara

“Memang ada di dalam Kitab Suci. Ada yang kerasukan. Tapi saya pribadi tidak tertarik.”

“Kenapa Romo?”

“Saya tidak diberi wewenang untuk berbicara tentang itu. Saya pun tidak diberi mandat resmi pengusiran. Meski setiap imam tertahbis dapat melakukan. Lagian, ngapain membicarakan hal itu?”

Di dalam Gereja Katolik, hanya Bapak Uskup yang dalam kebijaksanaan akan menunjuk 1-2  orang yang dipercaya untuk pelayanan ini.

Harus dipersiapkan, selain hidup doa dan pribadi takut akan Tuhan.

Tanpa doa, relasi intim yang lekat  dengan Tuhan akan sulit menjalani tugas itu.

Lagi, ngapain juga mempromosikan musuh kodrat manusia?

“Bagi saya yang penting, bagaimana kita mengimani Sakramen Baptis. Pembaptisan mengubah hidupku menjadi anak Tuhan. Saya yakin dan percaya merayakan sakramen-sakramen Gereja, teristimewa Sakramen Ekaristi melindungi saya. Apalagi kita tidak mengundang musuh itu.”

“Jadi bagaimana supaya tidak terkecoh, Mo.”

“Renungkan, bagaimana hidup doamu? Bagaimana hidup imanmu?”

“Saya dengar, masih banyak orang berdoa secara sederhana. Kalau sedang membutuhkan sesuatu, terjerat masalah pelik, meminta Tuhan mengabulkan permohonannya, baru berdoa. Doa diartikan meminta.”

“Tidak salah. Tetapi sebagai orang kristiani  berdoa berarti membangun relasi intim, perjumpaan hangat dengan Tuhan. Bukan sekedar meminta. Perjumpaan pribadi itulah doa kita.”

Ingatlah, kita adalah anak-anak Bapa, bukan orang suruhan. Ia merancang yang terbaik bahkan sebelum kita meminta.

Dia tahu apa yang kita butuhkan. Dia akan memberikan pada saat yang tepat.

Masalahnya, bagaimana aku berelasi dengan Allah Bapa.

  • Apakah aku datang sebagai anak yang terkasih dan yang mengasih Bapak?
  • Atau sebagai seorang suruhan bahkan “pengemis”?

Menjadi seorang Kristiani berarti seorang pribadi yang dianugrahi rahmat yang tak terhingga. Menjadi anak-anak Bapa surgawi.

Percaya tanpa bertanya-tanya, meragu.

“Oh iya begitu ya Romo. Tapi bagaimana kalau kita membutuhkan sesuatu atau ‘diganggu’, bahkan dikatakan kerasukan?”.

Memang ada ditulis di dalam Injil. Di Matius 21: 22, “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.”

Tapi jangan lupa ada teks lain.

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” 6: 33.

Suatu saat saya terduduk. Sebenarnya ingin berdoa lebih lama.

Tiba-tiba jiwa saya menyadarkan, “Untuk apa kamu hidup tanpa relasi yang dekat, akrab dan baik dengan Tuhan. Mau jadi apa hidupmu tanpa ikatan batin yang dekat dengan Tuhan?”

Kamu mungkin bisa melakukan semua hal. Apalagi punya power. Tetapi tanpa hubungan dekat dengan Tuhan, semuanya hanya sementara.

Ada titik jenuh. Hampa. Kosong. Lalu mau apa? Hidup yang hampa, kosong bisa menjadi sarana empuk bagi musuh kodrat manusia.

“Begitu ya Romo.”

Hal lain yang perlu, hiduplah dalam cinta.

Hidupilah keluargamu dengan cinta. Tanpa itu orang gampang dirasuki. Di mana ada cinta, di situ Tuhan bertahta.

Yesus berkata, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.” ay 29.

Bahkan, “Dengan berdoa dan berpuasa.” Mt 17: 21.

Tuhan, ajari aku belajar berani melangkah bersama-Mu, tanpa ragu.  Amin.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here