Mengolah Kekecewaan Menjadi Sukacita

0
506 views
Pablo Picasso. (Ist)

ADA sebuah ungkapan berbunyi begini, “Sebuah lidah panjangnya tiga inci, tetapi dapat membunuh orang yang tingginya dua meter.”

Seseorang membaca riwayat hidup Pablo Picasso dengan terheran-heran. Ia tidak mengerti mengapa kisah hidup seorang pelukis terkenal tersebut selalu dipenuhi dengan kepahitan dan kekecewaan.

Di sepanjang hidupnya, Picasso selalu dikecewakan dan dikhianati oleh teman-teman bahkan oleh istri-istrinya.

Ia berkali-kali menikah, tetapi tidak pernah merasakan kebahagiaan. Kemudian orang tersebut berusaha mencari tahu mengapa semua itu terjadi.

Akhirnya ia menemukan bahwa dulu sewaktu Picasso masih kecil, ia mempunyai seorang adik yang menderita sakit parah. Karena penyakit tersebut, sang adik meninggal dunia.
Dalam kesedihan dan keputusasaannya, Picasso berkata, “Sekarang aku mengerti, ternyata Tuhan itu jahat.”

Sejak itu, penderitaan, kekecewaan, penolakan, dan kepahitan menerpa hidupnya. Bahkan sampai meninggalnya pun ia tidak pernah bahagia. Tentu saja hal ini sangat ironis.

Di satu sisi, ia sukses dan dikagumi oleh seluruh dunia, tetapi tidak banyak orang tahu bahwa sang pelukis terkenal tersebut sangat menderita akibat ucapannya sendiri.

Jangan kecewa

Seorang bijak berkata bahwa kesusahan sehari, cukuplah sehari. Jangan dibawa-bawa terus sampai ajal menjemput.

Artinya, kesusahan itu mesti dituntaskan dalam sehari saja. Bahkan tidak perlu dibawa ke pembaringan kita di waktu malam.

Mengapa? Karena malam yang dipenuhi kesusahan hanya akan membuat diri tidak bahagia.

Kisah di atas memberi kita warning untuk tidak berlarut-larut dalam kekecewaan hidup. Kecewa boleh-boleh saja, tetapi orang mesti menuntaskan persoalan yang dihadapi. Orang tidak perlu membawa persoalan-persoalan itu dalam hidupnya.

Mengapa? Karena persoalan-persoalan itu dapat mengganggu seluruh gerak hidup manusia.

Tentu saja kita ingin menikmati hidup ini dengan penuh sukacita. Kita tidak ingin hal-hal jelek mengganggu apalagi menguasai kehidupan kita.

Karena itu, kita mesti memilah-milah mana yang baik dan yang buruk dalam hidup kita.

Yang baik kita gunakan untuk pertumbuhan hidup kita. Yang buruk kita tinggalkan sebagai kenangan.

Hari ini, kita tumbuhkan hal-hal yang baik bagi perjalanan hidup kita. Dengan demikian, kita mampu memaknai hidup ini dengan penuh sukacita.

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here