Mengubah Batas Menjadi Kemungkinan Baru

0
513 views
Orang buta mampu panjat pohon kelapa. (Kompas.com)

Selasa, 15 November 2022

  • Why. 3:1-6,14-22.
  • Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5.
  • Luk. 19:1-10.

SETIAP orang punya keterbatasan dalam segala hal, namun keterbatasan itu bisa menjadi jalan kita menemukan kasih Allah dan sesama.

Banyak orang belum tahu dan sulit menemukan titik batas kemampuan dirinya. Karena sering kali ketika kita ada dalam sitausi batas, di sisi lain muncul kemungkinan baru, kekuatan baru, berkat-berkat baru.

Tugas setiap orang adalah memacu segenap kemampuan hingga menemui batasnya; bukan menentukan batas yang kita buat sendiri sebelumya.

Kesabaran ada batasnya, tapi tentu saja bukan batas-batas artifisial yang kita bangun sendiri dengan hawa nafsu.

Kemampuan belajar ada batasnya, tapi bukan berarti kita segera membatasi diri dengan kemalasan.

Kita harus memacu diri terus menerus hingga kemampuan kita hingga benar-benar mencapai batasnya yang tidak kita ketahui sebelumnya.

“Di kampung saya ada seorang tuna netra yang memiliki kemampuan menangkap suara yang tidak dapat didengar oleh manusia kebanyakan,” syering seorang bapak.

“Dia mampu memanjat pohon kelapa untuk memetik buahnya,” lanjutnya.

“Hebatnya, sebelum naik, dia akan memeriksa apakah ada kelapa yang cukup umur untuk dipetik atau tidak,” sambungnya.

“Jika manusia lain yang melek, pemeriksaan tersebut dilakukan melalui penglihatan. Tapi sang tuna netra tersebut memeriksa kondisi kelapa di atas sana hanya dengan menepuk-nepuk pohonnya di bagian bawah sambil meletakkan telinga di pohon itu,” sambungnya.

“Melalui suara yang dia dengar dapat diketahui apakah ada buah kelapa yang sudah tua untuk dipetik atau tidak,” paparnya.

“Dia bisa memanjat pohon kelapa dengan lincah dan cepat jauh dari orang yang bisa melihat,” lanjutnya.

“Memang dia tidak bisa melihat, namun disisi lain dia menerima anugerah kemampuan lain yang luar biasa,” sambungnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Yesus meneruskan perjalanan-Nya ke Yerikho dan melalui kota itu. Di situ ada seorang ketua pemungut cukai yang kaya; namanya Zakheus. Dia ingin melihat Yesus, tetapi karena orang terlalu banyak, lagi pula dia pendek, dia tidak dapat melihat Yesus.”

Zakheus punya keterbatasan untuk melihat Yesus, badannya pendek, namun dia punya tekad dan keinginan yang luar biasa.

Bahkan dia tidak segan-segan naik pohon untuk melihat Yesus. Keinginanannya yang kuat untuk melihat Yesus mengalahkan keterbatasannya.

Selain Itu, Zakheus mendapat karunia hati yang baik, hingga dengan mudah tersentuh oleh kesadaran untuk bertobat.

Dia sangat gembira karena disapa oleh Yesus, bahkan Yesus mau menumpang di rumahnya, Zakheus menjadi murah hati dan ingin menunjukkan kepeduliannya kepada sesama dengan mengembalikan apa yang dia ambil dan berbagi harta yang dimilikinya.

Zakheus tidak terbelenggu oleh kelemahannya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku gampang menyerah dan tidak mau berjuang mengatasi keterbatasan hidup ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here