Mengungkap Kebenaran karena Keteladanan

0
358 views
Ular piton (Ist)

KETELADANAN bisa menjadi kekuatan dalam situasi sesulit apa pun. Apalagi kalau bisa dipadu dan kemudian dipadankan dengan keberanian menghadapi  ancaman.

Itu akan membuat hidup semakin berarti.

Keberanian dan keteladanan dapat membuat kebenaran terungkap. Mengusahakan kebenaran terkadang memakan korban; bahkan dirinya sendiri.

Ia rela berkorban. Demi sesuatu yang lebih mulia. 

Ia memandang perkaranya tidak hanya terkait pada dunia semata. Tetapi ia ingin memandang hidup sebagai orang yang dibenarkan oleh Allah.

Allah sendiri membenarkan dan bertindak bagi orang yang percaya. Ia hidup dalam kebenaran-Nya.

Mungkin ini menjadi sebuah kesadaran diri memasuki Pekan Suci yang dimulai dengan Minggu Palma.

Bacaan diambil dari Yes 50: 4-7; Fil 2: 6-11; Mrk. 15: 1-39.

Ular piton di pastoran

Saya bertetangga dengan seorang beragama lain. Kata orang, dia berpenampilan sangar; sangat tak bersahabat.

Suatu sore, terdengar suara “mendesis” di parit pastoran.

Saya lalu menjumpai dia.

“Bang, bisa minta tolong?”

“Ada apa?”

“Ada suara mendesis di lobang saluran air.”

Saya mengenalnya, karena kami sering ketemu. Saat ngopi di warung.

“Sebentar. Saya ambil bambu dan parang. Dengar suaranya, ini mah ular piton lumayan besar.”

Mak tratap hatiku. Takut juga.

Digrojok semburan air, ular tak mau keluar. Suara mendesisnya malah terdengar makin keras.

Saya ambil jarak, takut, dan mundur ke belakang.

Lapisan cor di atas lobang air lalu dibobok. Terlihat ujung kepala ular. Namun si ular piton besar tetap tidak mau keluar. Diam tak bergerak.

Dengan mendesis, ujung lidah bercabang bergerak atas bawah, keluar masuk di mulut.

Sesekali binatang melata itu lalu menyerang ujung bambu. Namun, abang sangat itu lalu berani menkan belakang kepala ular dan kemudian dipegangnya. Ditarik keluar.

Terlihatlah perut ular itu besar. Mungkin saja ia telah menelan ayam.

Dengan berani tangan kiri memegang belakang kepala ular; tangan kiri berusaha melepas lilitan di betis abang.

Pertama kali, saya melihat ular sebesar itu dengan perut yang sedang membuncit.

“Mas, bantu pegang ekornya.”

“Takut bang.”

“Tidak membantu. eh malah mundur, kok makin berjarak.”

Ia berusaha susah payah melepaskan lilitan. Saya hanya menonton, mager alias males gerak. Hanya diam saja.

Selang sebulan, si abang kembali datang menemui saya di pastoran.

Ini Pak untuk dimasak. Kuterima sebuah tas kresek hitam.

“Apakah itu bang?”

“Lihat aja Pak, nanti.”

Di dapur tanpa curiga, kubuka. Setan alas ya?

Gila. Merinding dan lari. Sumpah, awas aja.

Kulihat sepenggal badan ular yang masih dengan kulitnya.

Kaget dan tidak berani mendekat. Pikirku ular itu masih hidup dan mendesis. Hati ciut dan tak berani. Kupanggil romo yang lain.

Memberanikan diri menyentuh, memegang. Itulah langkah awal menaklukkan diri dari bayang-bayang ketakutan.

Menaklukkan, menguasai diri sendiri dari bayang-bayang pikiran, dugaan kiranya dapat mengatasi kesulitan-hambatan dalam hidup.

Ketakutan psikologis dapat menghambat rahmat berkarya dalam hidup.

Si abang tetangga mengajariku tidak menunda, berani bertindak, dan membantu.

Yesus memasuki Pekan Suci dan tahu apa yang akan dialami. Sebuah penderitaan yang akut dan kebengisan satani.

Sadar akan risiko, Ia memasuki Yerusalem

Ia percaya kepada Bapa; bersandar hanya pada rancangan-Nya.

Ada banyak ketakutan, bayang gelap, dugaan liar bahkan situasi yang tidak mampu dihadapi. Rasa iri, atas keberhasilan dan kesuksesan.

Marah, karena segi-segi kemunafikan diungkap. Cemas, karena diragukan.

Semua itu berkisar pada motivasi diri.

“Itulah yang ada dalam diri Imam-imam kepala bersama tua-tua dan Ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama saat itu.”

Mereka menyembunyikan motivasi kepentingan dan kekuasaan bagi dirinya sendiri. Cfr Mrk 15: 10.

Seorang berkata, “Buang ketakutanmu. Be yourself.

Nasihat Yesaya, “Jika ia hidup dalam kegelapan dan tidak ada cahaya bersinar baginya, baiklah ia percaya kepada Tuhan dan bersandar kepada Allahnya.” ay 10b. Bdk Fil 2: 9-11.

Bapa, airmata Putera-Mu, menyucikan aku. Amin ??⚘

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here