“Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku” (Matius 10:37).
Bagaimana memahami sabda Yesus itu?
Cinta sejati tidak pernah terbagi. Demikian pula cinta manusia kepada Tuhan. Sabda Tuhan mengajarkannya dengan sangat jelas (Keluaran 20:5; Ulangan 4:24). Hendaknya orang mencintai Allah secara sungguh-sungguh.
Perintah utama mengajar agar orang mencintai Tuhan dengan sebulat hati. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37).
Tidak selayaknya, manusia mencintai Tuhan setengah-setengah atau dengan cara membagi hatinya.
Semua cinta sejati menuntut jawaban sebulat hati. Artinya, mahal harganya. Demikian pula Yesus dan Kerajaan Surga yang dibawa-Nya sungguh istimewa. Itu menuntut semangat berjuang dan berkurban.
Yesus tidak mengajarkan supaya anak-anak membenci ayah dan ibunya; atau orangtua tidak mengasihi anak-anaknya.
Lewat sabda-Nya itu, Yesus hendak menekankan bahwa Dia dan Kerajaan-Nya merupakan sesuatu yang paling bernilai.
Bukan hanya orangtua atau anak-anak yang mesti dilepaskan ketika orang mau mengikuti Yesus, melainkan juga dirinya sendiri. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas 9:23).
Bukankah orang yang sungguh jatuh cinta bersedia melepaskan segalanya? Mereka siap meninggalkan keluarganya, negaranya, dan melepaskan segala kesukaannya.
Kalau untuk seorang yang dicintainya manusia ikhlas melepaskan hal-hal yang amat bernilai, betapa lebih lagi ketika orang mesti mencintai Tuhan.
Yang mau memperoleh hidup sejati mesti mengutamakan Yesus lebih dari segalanya.
Senin, 17 Juli 2023