Home BERITA Menikah atau Selibat?

Menikah atau Selibat?

0
Perkawinan sejati

Bacaan 1: Yeh 16:59-63

Injil: Mat 19:3-12

Dalam agama Katolik, pernikahan bukanlah relasi kebersamaan dua atau tiga hari namun selamanya. Pernikahan merupakan momen sakral, agung dan monumental bagi pasangan katolik. Membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

Maka setiap pasangan katolik harus mempertimbangkan secara matang sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Pernikahan bukan hanya perkara menyatukan dua keluarga dan mengucapkan janji di altar.

Perkawinan katolik itu monogam dan tidak terceraikan.

Namun demikian, katolik juga punya sebuah relasi yang khusus yaitu “selibat”.

Sebuah relasi khusus antara manusia (romo atau pastur, bruder, suster juga awam) dengan Allah. Disebut khusus karena tidak diberikan untuk semua orang, hanya tertentu saja:

“Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja.

  • ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan
  • ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan
  • ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga.…”

Demikian sabda-Nya menanggapi pertanyaan para murid mengenai baik tidaknya seseorang harus menikah.

Selibat adalah karunia Allah, sebagai jawaban terhadap pengalaman mengenai Kerajaan Allah.

Pengajaran tentang pernikahan dan selibat ini bermula dari pencobaan orang-orang Farisi tentang boleh tidaknya orang Yahudi menceraikan istrinya.

Menurut Ul 24;1 seorang suami boleh menceraikan istrinya dengan alasan zinah. Padahal sejatinya alasan ini sangat kabur.

Dalam “Rencana Allah” asli, perkawinan bersifat tidak terceraikan dan tidak ada seorang manusia yang dapat mengakhiri perkawinan.

“…Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Nabi Yehezkiel menjelaskan kembali “Perjanjian Allah” dengan bangsa Israel seperti pada awal mula. Israel (Yerusalem) diibaratkan sebagai sebuah alegori “istri yang tidak setia” kepada Tuhan, Sang Suami.

Yerusalem sebagai istri yang telah berzinah melakukan persundalan dengan para berhala.

Nabi mengingatkan bahwa “Perjanjian-Nya” dengan Israel adalah kekal dan tak terceraikan. Maka dengan segala kemurahan-Nya yang melimpah, Allah akan memaafkan kesalahan Yerusalem. Membuat perjanjian yang baru.

Pesan hari ini

Pernikahan dan selibat adalah seluruhnya merupakan rencana Allah. Pernikahan katolik itu monogam dan tidak terceraikan oleh manusia.

“Sampai kapan pun akan kubuktikan, cinta tulus dariku untukmu tak pernah sirna oleh usia.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version