KETIKA tiba di Biara Cù lao Giêng (Baca: Ku lo yéng), Vietnam Selatan, pada bulan November 2012 yang lalu, Suster Lina, yang kukenal baik di Kamboja 16 tahun silam bertanya kepadaku,”Bagaimana mungkin kamu sampai di sini?”
Lanjutnya,”Orang asli Vietnam saja banyak yang tidak tahu tempat ini. Orang-orang jarang datang ke tempat ini. Lha kamu yang sama sekali tidak bisa berbahasa Vietnam bisa sampai ke tempat ini.”
Pernyataan ini dapat dipahami mengingat bahwa di usia senjanya Suster Lina memang tidak terlalu akrab dengan teknologi. Suster Lina tidak tahu bahwa dengan GPS, Google Map, internet, email, dsb kita bisa menemukan tempat-tempat yang jarang dikunjungi.
Namun mungkin itulah yang membuat beliau terlihat sangat menikmati suasana kesunyian di biara Cù lao Giêng. Berdoa, berdoa, dan berdoa menjadi rutinitasnya sehari-hari. Itulah kegiatannya setelah berhenti mengabdikan diri di tengah-tengah masyarakat Khmer (Kamboja) beberapa tahun lalu.
Suster Lina keturunan Vietnam tetapi sebagian besar hidupnya diabdikan untuk masyarakat Kamboja. Sekitar satu setengah bulan setelah kunjungan tersebut, saya mendapat kabar beliau wafat persis di pergantian tahun, 1 Januari 2013 di usianya yang ke 76.
Kunjunganku pada bulan November tersebut merupakan pertemuan pertama kali setelah 16 tahun berpisah dari Kamboja, sekaligus pertemuan terakhir sebelum wafatnya.
Ketika saya berkunjung di sana beliau memang sudah sakit-sakitan. Bahkan sudah dua kali menerima sakramen perminyakan. Namun saat itu beliau masih bisa berbincang-bincang dengan lancar. Oleh karena saya tidak bisa berbahasa Vietnam, kami berbicara memakai bahasa Khmer, bahasa yang kupelajari 16 tahun lalu tapi tetap masih relatif memadai untuk saya gunakan berkomunikasi.
Biara Sunyi di Pulau Terpencil
Biara yang saya kunjungi ini milik Konggregasi “Soer de La Providence de Portieux” yang berpusat di Perancis. Konggregasi ini masuk Vietnam pada tahun 1876. Sebelum Pemerintah Komunis menguasai Vietnam Selatan, konggregasi ini mempunyai 550 suster asli Vietnam. Sebagian besar karya suster-suster ini berada di Vietnam Selatan. Karya para suster berkisar pada bidang pendidikan, panti asuhan, dan kesehatan.
Terletak di Distrik/Kabupaten Cho Moi, Propinsi An Giang (yang berarti “sungai yang damai”),komplek biara tua ini diperuntukkan sebagai rumah peristirahatan bagi para suster tua, tempat pendidikan awal bagi calon suster dan suster muda, kapel, serta kompleks pemakaman. Ada sekitar 50-an suster tua yang menghuni biara ini. 20-an suster muda tinggal di sini untuk menempuh pendidikan awal. Di bagian belakang kompleks ini terdapat pemakaman khusus bagi para suster yang sudah terisi sejak tahun 1877. Sampai saat ini sudah ada sekitar 400 makam yang telah terisi.
Di bagian depan kompleks ini terdapat dua bangunan tua yang besar yang pernah diminta oleh Pemerintah komunis Vietnam untuk dijadikan penjara. Belum genap satu tahun pemerintah mengembalikan bangunan ini kepada konggregasi karena mereka sudah tidak sanggup mengelolanya. Di bagian pintu masuk ke dalam bangunan tua ini terdapat gua Maria, yang konon berkali-kali dicoba dihancurkan oleh Pemerintah tetapi tidak pernah berhasil. Pengakuan ini baru disampaikan oleh seorang pegawai pemerintah ketika bangunan ini diserahkan sekitar setahun yang lalu.
Delta Mekong
Biara ini terletak cukup terpencil, di sebuah “pulau” kecil di kawasan Delta Mekong.
Dari Saigon –kini bernama Ho Chi Minh City– kota terbesar di Vietnam Selatan, kita harus menempuh perjalanan darat ke Long Xuyên (Baca: long suyè), Ibukota Provinsi An Giang (Baca: an jiyang), sekitar 4-5 jam. Tidak ada pesawat terbang dari Saigon ke Long Xuyên.
Dari Long Xuyên, perjalanan diteruskan dengan menyeberang sungai Mekong dengan Kapal Ferry menuju kota kecil An Hòa. Di pelabuhan kota tersebut, terdapat terminal bis tiga perempat jurusan Mỹ Luông (Baca: mi leung), sasaran perjalanan selanjutnya. Dari Mỹ Luông, saya menyeberang satu sungai kecil lagi dengan perahu kecil sebelum sampai di biara tua ini.
Sebenarnya ada alternatif lain untuk mencapai daerah ini dari Saigon, yakni lewat kota Cao Lanh, Ibukota Propinsi Dong Thap. Namun demikian, saya belum pernah mencoba rute ini. Jika tertarik melanjutkan perjalanan ke Kamboja, tersedia kendaraan jurusan Kamboja. (Bersambung)
Photo credit: Biara Cù lao Giêng (Mispan Indarjo)
Tautan: