SELAMAT merayakan Hari Raya Hati Kudus Yesus.
“Mari menimba air kehidupan …”. Yang biasa ikut adorasi dan jam kudus pasti langsung bisa menjawabnya. Silahkan.
Saya tertarik dengan kata “menimba air”. Ini adalah tugas harian di rumah saat remaja. Saya dapat tugas menimba air untuk mengisi bak mandi, menimba saat ibu cuci piring, dan saat ibu mencuci pakaian.
Saat saya menimba air untuk mengisi bak mandi, maka saya lakukan dengan cepat, biasanya di pagi hari. Untuk yang lain, tidak cepat-cepat. Menunggu saja dan melihat saat air harus diganti. Sekarang semuanya berubah: sudah pakai Sanyo atau tinggal putar kran. Selesai.
Padahal saat “menimba itu”, seperti pengalaman saat adorasi dan jam kudus selama ini, dimana saya harus “menimba air kehidupan” dari “Lambung-Nya yang terbuka”.
Saya harus menimba air secukupnya untuk kebutuhanku. Dan aku harus menimbanya setiap hari supaya aku dipenuhi dan disegarkan oleh air kehidupan yang bersumber pada-Nya. Yang kutahu, sumber air kehidupan itu tidak pernah mengering, tetapi semakin melimpah saja.
Ada yang sudah mengalami “kehausan rohani yang luar biasa”, tetapi tidak mau juga “menimba air kehidupan”.
Apa ya yang masih ditunggunya? Apakah dirinya mau membiarkan dirinya “mati kehausan”? Atau karena dia memang tidak pernah tertarik untuk datang dan mendekat?
Saya tidak bisa menjawabnya, hanya kamu yang tahu jawabannya.
Pengalamanku, setiap hari, aku telah “menimba air kehidupan” dari “lambung-Nya yang terbuka itu” – di hadapan Sakramen Mahakudus. Selalu ada pengalaman baru yang diberikan. Dan airnya tetap segar.
Kuputuskan, saya mengambil airnya dengan tidak memakai “Sanyo” atau “putar kran saja”, tetapi saya akan menimbanya sendiri, setiap hari.
Sekali lagi, Selamat merayakan Hari Raya Hati Kudus untuk para konfraterku di mana saja berada. Dan juga untuk seluruh umat beriman.
Sekali lagi kuserukan, “Mari menimba air kehidupan …”.
Dan hidupku dan hidupmu disegarkan. Amin.
Hongkong, 16 Juni 2023