Meninggalkan Kenyamanan

0
422 views
Ilustrasi: Memberi makan kepada orang lain. (Lies Nawanti)

Selasa, 5 April 2022

  • Bil.21:4-9.
  • Mzm.102:2-3.16-18.19-20.
  • Yoh. 8:21-30

HIDUP di dunia ini tidaklah mendatar. Banyak pengalaman suka dan duka, turun dan naik.

Bercermin dari pengalaman diri sendiri dan banyak orang, bahkan hampir semua orang, harus menjalani jalan kehidupan yang naik turun.

Makin tinggi jabatan seseorang makin banyak orang yang melihat, mengawasi, mengkritik bahkan ada yang berusaha menjatuhkannya, makin bervariasi pengalaman yang mereka hadapi.

Hidup selalu mengalami pasang surut, grafiknya bukan lurus membentang, tapi naik dan turun.

“Tidak banyak yang bisa saya rengkuh dan milikki dalam hidup ini, kecuali kehidupanku itu sendiri,” kata seorang bapak.

“Dulu waktu masih muda, saya bekerja untuk semua kemewahan, namun sekarang saya berusaha hanya untuk kesehatan,” lanjutnya.

“Dulu saya mengejar semua restoran dan rumah makan yang enak, untuk kuliner, sekarang saya hanya makan sesuai ajuran ahli gizi yang jauh dari kata kenikmatan,” sambungnya.

“Dokter menyarankan untuk pantang macam-macam menu makanan, hingga tidak akan gunanya pergi ke restoran yang paling enak dan paling mahal pun,” katanya.

“Penyakit jatung dan dan kerusakan ginjal telah mengubah caraku menjalani hidup ini,” katanya lagi.

“Pilihan jelas, ikut nasihat dokter untuk mendapatkan kesehatan atau ikut kemauan sendiri mengejar nafsu, dan kenikmatan, yang unjungnya sangat tidak baik bagi kesehatanku,” katanya.

“Semua ada batasnya, tubuh inilah yang menjadi penanda yang paling peka bahwa akhirnya harus kembali kepada Tuhan, bersyukur atas waktu yang telah dilalui dan siap diri untuk menjalani masa yang masih akan dianugerahkan kepadaku,” ujarnya lagi.

Dalam.bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Lalu, Yesus berkata kepada mereka, “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.

Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.”

Maka kata mereka kepada-Nya,”Siapakah Engkau?”

Jawab Yesus kepada mereka, “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu?

Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu. Akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar daripada-Nya.”

Tuhan Yesus mengundang kita untuk mengarahkan mata hati dan jiwa kita pada taraf spiritual.

Kita ini ada dunia dan berjuang di dunia namun kita ini berasal dari Allah, dari atas hingga kita selalu harus mengarahkan hidup kita pada kehendak Allah.

Tuhan Yesus selalu menantang kita untuk masuk ke dalam level yang lebih tinggi.

Jangan terlena oleh kenikmatan duniawi dan selalu ada dalam zona nyaman hingga tidak berani beranjak maju untuk menangkah kemungkinan baru.

Masa Prapaskah merupakan saat bagi kita untuk masuk ke level yang lebih tinggi dan mendalam, terutama melalui pantang, puasa dan derma.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani meinggalkan zona nyaman dalam hidupku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here