Rabu, 12 April 2023
Hari Rabu dalam Oktaf Paskah
- Kis 3:1-10.
- Mzm 105:1-2.3-4.6-7.8-9.
- Luk 24:13-35.
KESEDIHAN memang kerap dialami oleh seseorang dalam menjalani hidup.
Setiap orang tentu saja tak hanya merasakan kebahagiaan, tetapi juga bisa merasakan kesedihan.
Ketika merasa sedih, tentu saja kita merasa tidak nyaman dengan diri sendiri.
Ada perasaan tertekan, galau, hingga meneteskan air mata.
Ketika sedang berada di bawah, kesedihan kerap menghampiri sebagai wujud untuk melampiaskannya.
Namun, berlama-lama meratapi kesedihan bukan sesuatu yang baik.
Ingin bangkit pun, tak semua orang bisa melakukannya sendiri.
Butuh perjuangan ekstra agar bisa kembali bersemangat menggapai apa yang diinginkan.
Cara termudah adalah mendapatkan suntikan penyemangat dan motivasi untuk bangkit dari kesedihan.
Dua orang murid yang pergi ke Emaus mendapatkan motivasi dan semangat baru ketika berjumpa dengan Yesus dan mengenali Yesus di dalam perjamuan yang mereka adanya.
Yang menghalangi mereka untuk mengenali Yesus adalah kegagalan, kekecewaan, atau kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.
Yesus menjadi harapan mereka satu-satunya, kini telah mati, Yesus sudah tamat, tidak bisa berbuat apa apa.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.
Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.”
Yang menarik dari perikop hari ini bukanlah terletak pada fakta bahwa Yesus telah bangkit dan kemudian menampakkan diri kepada kedua orang tadi. Bukan itu.
Kenapa? Sebab sampai dengan hari ini, Tuhan terus menerus menampakkan kehadiranNya, kuasaNya kepada kita, orang-orang yang percaya.
Yang menarik justru terletak pada kejadian di mana kedua orang tadi akhirnya mengenali – menyadari – terbuka matanya, bahwa yang ada bersama dengan mereka saat itu adalah Yesus, Sumber Ppngharapan mereka.
Begitu mereka tahu bahwa Yesus ada bersama-sama dengan mereka lagi, mereka benar-benar kembali bersemangat.
Saking bersemangatnya, mereka yang waktu itu sudah sampai di Emaus, akhirnya balik lagi menuju Yerusalem untuk memberitakan kabar baik ini kepada para murid lainnya.
Di Yerusalem inilah mereka menemukan makna Paskah yang sesungguhnya, bangkit dari keterpurukan dan keputusasaan bersama kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Kita, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kondisi para murid yang kembali ke Emaus setelah Yesus wafat dan dikuburkan.
- Saat harapan dan kenyataan tidak sesuai.
- Saat semangat kehidupan kita ini tergerus oleh aneka kegagalan.
- Saat kita mulai ragu terhadap kuasa Tuhan dan mulai berpikir untuk berpaling dan meninggalkan Tuhan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku telah melihat harapan di atas segala kesulitan dan penderitaan hidupku?
thanks a lot of information