Menjadi Anak Keluarga Nasionalis

0
288 views
Ilustrasi.

BAPERAN- BAcaan PERmenungan hariAN.

Selasa, 17 Agustus 2021.

Tema: Membangun harkat diri.

  • Bacaan Sir. 10: 1-8.
  • 1 Ptr. 2: 13-17.
  • Mat. 22: 15-21.

KEMERDEKAAN menjadi anak-anak Allah itulah anugerah terbaik setiap pribadi Katolik. Ia diutus  membuat dunia jadi rumah bagi semua orang.

Dan dalam perjuangan itulah beberapa darah martir tidak hanya untuk negara dan bangsa Indonesia, tetapi juga untuk Gereja. Dicurahkan. Gereja Katolik selalu berdiri di samping Republik dan bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan.

Beberapa mereka menjadi pahlawan nasional. Sebutlah, Uskup Mgr. Albertus Soegijaranata SJ, Yosaphat Sudarso, Benediktus Oerip Sumoharjo, Ignatius Slamet Riyadi, Agustinus Sutjipto, Tjilik Riwut, IJ Kasimo, Jhon Lie, dan lain-lainnya.

Yang lain tidak disebut, karena pengetahuan terbatas.

Nama-nama itu mewakili komunitas Katolik di Indonesia, sebuah bangsa yang besar majemuk dan plural. 100% Indonesia, 100% Katolik. Pelestarian Pancasila, jeutuhan NKRI, pewujudan UUD’45 dan penegasan Bhinneka Tinggal Ika bagi kita juga berarti penegakan iman dan perjuangan keadilan.

“Pemerintah yang baik mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur.” Sir10: 1.

Sebuah kebijaksanaan hidup sebagai bagian dari masyarakat dan negara.

Tidaklah ringan pengurbanan mereka.

Sekarang pun masih berlangsung perang tanpa henti.

Lihatlah bagaimana pemimpin negara kita saat ini Bapak Presiden Ir. Joko Widodo dan Bapak Wapres Bapak H. Ma’ruf Amin tetap berjuang, berhadapan musuh terbesar bangsa, koruptor, pencuri uang rakyat dan pajak.

Kita lihat di media sosial bagaimana mereka berhadapan dengan gosip, hoaks, nyinyiran, bahkan penghinaan. Yang cenderung merendahkan martabat mereka sebagai kepala negara sengaja dibuat dan disebarkan dengan sengaja.

Mereka itu hanya orang-orang yang suka mengkritik dan merusak. Mereka tidak membangun persaudaraan-kesatuan, keadilan dan kedamaian. Mereka itu dapat menjadi musuh perdamaian dan sama sekali tidak menampilkan hidup yang terhormat.

Pada saat-saat seperti ini, saya selalu bersyukur atas kebaikan Tuhan yang kami alami.

Orangtua saya dengan sadar telah memilih jalan Yesus, jalan kasih dan keadilan, langkah persaudaraan dan perdamaian. Kami pun bangga sebagai anak dari keluarga tentara telah dididik untuk belajar mencintai bangsa ini lebih dari segalanya.

Saya selalu bangga punya seorang ayah yang telah berjuang tidak hanya untuk keluarganya, tapi juga bangsanya. Negara memberikan anugerah gelar “Pejuang Revolusi”.

Almarhum ayah dimakamkan di Taman Pahlawan Pekanbaru dengan no. 500.

Sementara seorang kakak dari TNI Angkatan Darat, Korps Arhanud, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Tentu ada pro dan kontra, tetapi itulah hadiah yang terbaik bagi kami dari negara ini.

Itu semua menguatkan iman keluarga kami akan Allah Sang pemelihara kehidupan.

Iman keluarga kami diteguhkan oleh pernyataan Paulus.

“Inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkemkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahkan gunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.” ay 17.

Dulu sekali, ayah dan ibu saya  adalah bukan Katolik. Saya ingat betul bagaimana eyang kakung dan eyang puteri kami sungguh mengasihi kami, kendati beragama lain.

Kami merasa bangga dan terhormat mempunyai kakek-nenek, kakak dan adik almarhuma bapak dan ibu, dan saudara-saudari sepupu yang beda keyakinan dengan keluarga kami.

Mereka mengajari kami bagaimana hidup rukun dan bersaudara tanpa membedakan SARA. Dari situ kami mengenal Islam dan amat percaya Islam itu luhur dan baik adanya.

Saya percaya itulah juga wujud cita-cita pendiri bangsa kita Soekarno-Hatta. Yang merebut kemerdekaan lewat perjuangan dan penumpahan darah, jiwa suci dipersembahkan.

Apakah kita masih mengingat penuh kesadaran pekik perjuangan, gelora kemerdekaan?

Kita, Gereja Katolik, dipanggil juga untuk berjuang dengan cara baru. Yakni bersama mereka yang berkehendak baik mengupayakan perdamaian bersama dan kebaikan bagi semua orang.

Tuhan, jayakanlah bangsaku. Amin. Merdeka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here