Selasa, 21 Desmber 2021
Kid.2:8-14/ Zef.3:14-18a. Mzm.33:2-3.11-12.20-21.
Luk. 1:39-45
BERKAT berasal dari kata benedicare terdiri dari kata bene yang berarti baik dan dicere yang berarti bicara atau omong. Jadi, secara harafiah kata benedicare berarti berbicara dengan baik.
Bicara baik itu dengan kata-kata yang baik. Kata-kata yang terucap dari mulut ini bisa membuat orang yang mendengar atau menerima merasa didukung, dikuatkan, dibenarkan.
Kita kadang kurang menyadari bahwa kata-kata kita itu bisa menghidupkan orang yang lemah lesu, kehilangan semangat dan harapan.
Namun juga bisa membunuh semangat orang. Kata-kata kita bisa membuat orang terpuruk dan menghacurkan semangat orang yang menerimanya.
“Saya pernah benar-benar merasa takut bertemu dengan bapak ibu, karena saya telah merusakkan motor milik bapak saya,” kata seoramg pemuda.
“Saya pakai motor bapak tanpa seizin dia, padahal waktu itu saya masih belajar membawa motor dan belum punya SIM,” lanjutnya.
“Saya pakai jalan-jalan dan ingin bermain ke rumah teman, tetapi malang tidak bisa saya tolak, saya berpapasan dengan mobil lalu motor oleng hingga menabrak orang yang sedang berjualan bakso,” katanya.
“Motornya ringsek bagian depan, lalu gerobak bakso tumbang, mie dan kuah behamburan, beberapa mangkok pecah,” katanya lagi.
“Penjual bakso itu kaget dan marah-marah minta saya membayar ganti kerugian untuk bakso dan membelikan mangkok untuk mengganti yang pecah. Selain itu, motor juga perlu biaya untuk perbaikan,” lanjutnya.
“Waktu bapak dan ibu sampai di tempat kejadian, saya duduk menahan rasa sakit di tangan hingga pundakku,” ujarnya.
“Saya salah dan pantas menerima amarah bapak ibu,” lanjutnya.
“Gimana keadaanmu? Jangan takut, bapak dan ibu yang akan mengganti dan mengurus semua kerusakan dan kerugian. Yang penting kamu tidak apa-apa,” kata bapak sambil memegang lembut tangan dan pundakku.
“Kata-kata bapak ini, seakan mengambil semua beban sakitku dan batinku seakan terbebaskan,” katanya.
“Bapak ibu memberi pengampunan atas kesalahanku dan tetap merangkulku. Bahkan menyelesaikan masalah yang aku hadapi,” lanjutnya lagi.
“Bapak dan ibu sungguh hadir sebagai berkat dalam segala sitausiku,” pungkasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.
“Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus.
Lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”
Kita harus keluar dari zona kecemasan kita.
Ketika menghadapi sebuah pergumulan hidup, sering kali kita merasa sebagai orang yang paling sial, atau bisa jadi orang yang paling kuat.
Saat itulah kita perlu menerima berkat baik dari sesama maupun dari Tuhan.
Bunda Maria dan Elizabet, saling memberkati dan saling meneguhkan dalam situasi mereka yang sama-sama bergelut dengan permasalahan yang pelik dan berat.
Mereka bisa keluar dari zona kecemasan pribadi dan saling memberkati satu sama lain.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku bisa menjadi berkat bagi sesama?