Menjadi Hamba yang Setia

0
2,000 views
Ilustrasi - Membelikan makan-minum untuk gelandangan dan kemudian duduk nglesot bersama. (Ist)

Bacaan 1: Yes 50:5 – 9a
Bacaan 2: Yak 2:14 – 18
Injil: Mrk 8:27 – 35

SEORANG temanku pernah berkata kepadaku, “agama itu racun”. Karena membuat seseorang menjadi tidak rasional.

Tapi, benarkah demikian?

Banyak orang mengaku agamis. Namun perilakunya melebihi iblis. Demi agama dan -katanya- membela Tuhan, orang mampu membunuh sesamanya. Malah tanpa ampun.

Orang lain pernah kulihat begitu perhatian kepada sesamanya yang berstatus gelandangan. Tidak canggung ia membelikannya makanan dan minuman kepada gelandangan tersebut.

Mereka lalu minum bersama, ‘nglesot’ bersama di emperan restoran cepat saji.

Ia berbuat begitu karena imannya menuntut seperti itu.

“Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”

Demikian St. Yakobus mengajarkan, bagaimana iman dan ajaran Kristus tentang kasih harus mampu diimplementasikan dalam kehidupan.

Iman Kristus bukan hanya di gereja saja. Lalu diluar gereja bisa seenaknya tak peduli orang lain.

Dalam nubuatnya, Nabi Yesaya mengisahkan seoang hamba yang setia. Seorang murid yang rela menderita karena itu adalah atas kehendak Allah.

“Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku.”

Murid itu sungguh percaya bahwa ia ditopang oleh Allah, dan dia harus menjalaninya dengan iklas. Ajaran untuk setia melaksanakan kehendak-Nya, ia dapatkan dari Sang Guru.

Hamba yang setia, percaya dan berpegang hanya pada Tuhan.

Dalam sebuah percakapan dengan para murid-Nya di daerah Kaisarea, Filipi, Tuhan Yesus mempersiapkan mental mereka. Harus tetap teguh dalam iman dan setia kepada-Nya, atas peristiwa sengsara yang akan dijalani-Nya.

Setia dalam melaksanakan ajaran Kristus tentang kasih dan melawan segala godaan iblis untuk menyimpang.

“Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia…Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”

Dunia selalu menawarkan kenikmatan dan menghindari penderitaan. Namun apa gunanya memperoleh seluruh dunia, jika akhirnya terpisah dari Kristus?

Pesan hari ini

Tuhan Yesus mengajarkan kesetiaan dalam melaksanakan ajaran-Nya. Mari belajar menjadi hamba yang setia, menyangkal diri dan memikul salib pribadi. Mengimplementasikan iman dalam perbuatan sehari-hari.

Agama tidak membuatmu jahat, jika paham apa yang kamu imani.

“Jangan pernah takut untuk selalu mencintai, meskipun engkau terluka dengan beberapa orang dalam hidupmu. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here