“Menjadi Manusia Indonesia”, Festival Film Puskat ke-6 Tahun 2020

0
172 views
Menjadi Manusia Indonesia - Festival Film Puskat (FFP ke-6) Tahun 2020.

BERIKUT ini kami kutip keterangan resmi yang dirilis oleh Studio Audio-Visual Puskat mengenai perlombaan ini.

Festival Film Puskat ke-6 dengan tema “Menjadi Manusia Indonesia” kembali digelar. Ini sangat istimewa.

Festival Film Puskat kali ini seharusnya menjadi sebuah festival film yang meriah karena tahun ini bertepatan dengan ulang tahun Studio Audio Visual Puskat ke-50,  epatnya tanggap 15 Agustus 2020 ini, pesta emas untuk sebuah lembaga yang sudah sekian lama menggeluti dunia gambar dan suara ini.

Dan semakin istimewa lagi, pesta yang semula direncanakan meriah ini justru harus diubah menjadi pesta yang sederhana terkait dengan pandemi virus corona covid-19 ini.

Semua kegiatan perjumpaan dan berkumpul dalam keramaian harus diubah menjadi kegiatan-kegiatan soliter di rumah masing-masing dan kita semua terkoneksi melalui jalur-jalur jaringan internet.

Pandemi ini mendadak sontak mengubah kehidupan manusia menjadi manusia-manusia yang di dalam kesendiriannya tetap ingin menjadi pribadi-pribadi sosial dengan tetap terhubung satu sama lain melalui jaringan internet.

Singkat kata, Festival Film Puskat yang ke-enam tahun 2020 ini pun juga diselenggarakan secara daring atau online.

Studio Audio Visual Puskat tetap ingin mengekspresikan cintanya pada Indonesia dengan mengusung tema-tema ke-Indonesia-an dalam Festival Film Puskat setiap tahunnya.

Tahun lalu, Festival Film Puskat yang ke-5 memilih tema “Demokrasi” dengan mengacu pada Sila keempat dari Pancasila.

Dan tahun ini, Festival Film Puskat mengangkat tema “Menjadi manusia Indonesia” yang mengacu pada sila kedua Pancasila yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab.”

Tema yang sangat luas tentang kemanusiaan dan ke-Indonesia-an ini menantang kita untuk terus berkreasi di tengah-tengah situasi yang masih sulit terkait pandemi corona covid-19 ini.

Berbicara tentang pandemi virus corona covid-19 ini bukanlah sebuah kelatahan semua orang saat ini, tetapi memang ada kesadaran bersama yang tiba-tiba membuat semua manusia di dunia harus waspada dengan virus ini. Dan kesadaran ini menyergap semua orang, siapa saja, tanpa memandang status, agama, suku dan ras apapun.

Semua orang di dunia sedang merasakan kecemasan mondial ini. Dan di tengah kegalauan dunia ini, kita manusia di dunia ini seperti disadarkan untuk kembali kepada kesejatian kemanusiaan kita, demkian juga dengan manusia-manusia Indonesia.

Kita seperti diajak kembali kepada kesejatian kita sebagai manusia Indonesia, manusia yang saling menolong, saling membantu, gotong royong dalam mengatasi suatu masalah, punya rasa welas asih, tidak memandang lagi siapa aku-siapa kamu, tidak membedakan suku,agama,ras.

Konflik-konflik yang selama ini ada di negeri ini seolah-olah berhenti (meskipun masih ada), dan semua orang mencoba memberi perhatian pada sesamanya.

Kita seperti kembali pada kesadaran kesejatian manusia Indoneisa yang ramah, solider, saling membantu dan tolong menolong, rukun dan bergotong royong dalam kebersamaan sebagai sebuah bangsa.

Menarik menyimak poster dan animasi yang dibuat oleh panitia Festival Film Puskat yang ke-enam tahun 2020 ini.

Peziarah Tua yang diambil dari salah satu relief yang ada di candi Borobudur dan ada lukisan muralnya di sudut ruang makan Studio Audio Visual Puskat ini, masih menjadi ikon utama dalam Festival Film Puskat.

Dan kali ini Sang Peziarah Tua ini harus berjalan di tengah-tengah hujan meteor yang menyerang bumi kita. Dan hujan meteor itu adalah virus corona covid 19 ini.

Lucu sekali dan sangat bermakna bahwa Peziarah Tua itu memakai gada berupa piala Festival Film Puskat untuk menangkis serangan meteor corona ini. Dan dalam animasinya digambarkan dengan sangat bagus sekali, bagaimana Peziarah Tua itu  memakai masker dan ikat kepala merah putih, menolong orang-orang yang terpapar serangan virus corona, dan dalam kesendiriannya ia mencoba tetap menghibur dan memberi pencerahan kepada banyak orang secara daring di depan komputer.

Sikap welas asih dan tolong-menolong inilah yang ingin digambarkan dalam festival ini sebagai kesejatian manusia Indonesia.

Manusia Indonesia juga dikenal sebagai manusia-manusia yang luwes, lentur, ulet, dan sangat mudah beradaptasi. Namun harus kita akui juga bahwa budaya disiplin kita masih harus terus ditingkatkan. Pandemi ini juga mengajarkan kepada kita manusia Indonesia tentang pentingnya kedisiplinan.

Apakah Festival Film Puskat Tahun ini akan mengangkat tema pandemi saja? Tentu saja tidak.

Pandemi ini memang semacam serangan stroke yang melanda kita semua di jaman ini dan uniknya stroke ini juga membawa kita pada permenungan tentang siapa kita manusia di bumi ini dengan cepat juga, sehingga pandemi ini sungguh bisa menjadi tema yang menarik untuk terus digali terkait kemanusiaan kita.

Tahun-tahun terakhir ini, bangsa Indonesia sedang mengalami perubahan. Setelah sekian lama manusia-manusia Indonesia ini hidup di dalam kultur diam tanpa suara karena represi kekuasaan yang secara diam-diam pula tidak membuat kita berani bersuara.

Akhirnya lahirlah era paska reformasi yang juga membutuhkan waktu untuk menyembuhkan diri kita manusia-manusia Indonesia untuk mulai berani bersuara, dan di era sekarang ini yang didukung dengan segala macam kecanggihan tehnologi komunikasi, lahirnya tokoh-tokoh di Indonesia ini yang berani mendobrak ke-diam-an kita orang Indonesia ini membuat kita berani bersuara lagi.

Tiba-tiba di sekitar kita hadir tokoh-tokoh yang membawa angin segar dan hal-hal baik dalam kehidupan berbangsa kita di Indonesia ini. Tanpa harus jatuh dalam sebuah kisah profil apalagi pengkultusan, kita bisa melihat hal-hal baik apa saja yang telah mereka buat untuk negeri ini.

Kita bisa melihat bagaimana korupsi yang sudah sekian lama menjadi penyakit kronis di negeri ini mulai pelan-pelan dikikis tidak hanya dengan slogan-slogan yang bombastis, tetapi dengan keteladanan dalam hal kejujuran dan tindakan nyata. Di tengah-tengah isu radikalisme yang masih terus mengancam persatuan kita sebagai bangsa, tetiba muncul gerakan-gerakan orang muda lintas iman, lintas budaya, yang sangat kreatif dan inspiratif.

Di tengah-tengah kerusakan alam yang mengancam ibu bumi tempat tinggal kita bersama, masih ada saja manusia-manusia Indonesia yang secara bersinar tiba-tiba muncul kepermukaan sebagai pahlawan-pahlawan lingkungan hidup.

Lagi-lagi tanpa harus jatuh dalam kisah-kisah profil apalagi sampai sikap pengkultusan, kita diajak untuk melihat secara jeli gerakan-gerakan apa saja yang muncul di Indonesia akhir-akhir ini yang menggambarkan kesejatian manusia-manusia Indonesia.

Tentu saja, kita masih boleh melihat sisi ironisnya manusia-manusia Indonesia ini, bukan untuk tujuan yang negatif, tetapi lebih untuk sebuah evaluasi untuk kebaikan kita bersama di masa-masa yang akan datang.

Banyak hal masih bisa dieksplor untuk Festival Film Puskat (online) ini terkait tema “Menjadi Manusia Indonesia”.

Tiga kata utama dalam tema itu sendiri sudah sangat menarik untuk didalami.

  • Kata “Menjadi” adalah sebuah proses “Being”, Sebuah proses pemanusiaan, semakin menjadi manusia yang utuh, menuju ke arah kebaikan.
  • Kata “Manusia” menunjuk pada filosofi Kemanusiaan kita. Siapakah manusia itu? Pertanyaan ini akan membawa pada permenungan yang dalam akan keberadaan diri kita sendiri sebagai Manusia.
  • Dan “Indonesia” menunjuk pada sistem budaya, cara kita berpikir dan bertindak sebagai bangsa Indonesia. F

Festival Film Puskat ini masih berfokus pada dua kategori film pendek dengan format dokumenter dan film cerita, semoga ada banyak kreativitas orang muda pecinta film yang muncul dalam Festival Film Puskat kali ini.

Yogyakarta, 13 Agustus 2020

FX. Murti Hadi Wijayanto SJ

Direktur Festival Film Puskat ke-6 Tahun 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here