Salah satu perlambangan yang dipakai oleh Kitab Suci adalah cahaya dan pelita. Dalam masyarakat kuno, pelita mempunyai fungsi vital. Walaupun kecil, pelita dapat menerangi tempat yang lebih luas. Pelita juga membuat orang melihat, melakukan aktivitas, pekerjaan, menerangi jalan dsb. Bagi orang-orang Yahudi, cahaya mengekspresikan keindahan, kebenaran dan kebaikan Allah. “Di dalam terangMu kami melihat cahaya” (Mzm 119:105). “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm 119:105)
Iman Kristiani kita adalah cahaya bagi dunia, yakni bagaikan suatu pelita yang tidak dapat disembunyikan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, tetapi harus ditaruh diatas kaki dian supaya bercahaya ke sekitarnya, yakni kepada orang-orang lain dan lingkungan hidup. Demikian, Firman Tuhan tidak boleh disimpan, tetapi harus disiarkan.
Iman yang kita terima, pengetahuan dan penghayatan kita tentang Yesus tidak untuk disimpan bagi diri sendiri, tetapi harus bercahaya memengaruhi orang-orang lain dan lingkungan dimana kita hidup dan bekerja. Kekayaan hidup kita harus dibagikan (sharing) dengan murah hati kepada orang-orang lain, agar mereka pun mengalami dicintai oleh Allah.
Menjadi orang Kristen tidak cukup menjadi orang baik, tetapi harus juga menjadi terang bagi orang-orang lain serta pembagi Kabar Gembira dengan kata dan perbuatan.
Tuhan, Engkau menghantar aku dengan cahaya kebenaranMu yang menyelamatkan. Penuhi hati dan budiku dengan cahaya kebenaranMu. Semoga aku sanggup memancarkannya kepada orang-orang lain dengan kata dan perbuatan. Amin.