Sabtu, 22 Agustus 2015
PW St. Perawan Maria, Ratu
Rut 2:1-3,8-11;4:13-17; Mzm 128:1-5; Mat 23:1-12
Yesus Kristus bersabda, “Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditingggikan.”
INJIL hari ini pertama-tama dan terutama mengajarkan kepada kita pentingnya sikap rendah hati. Untuk itu dibutuhkan tentu saja kesederhanaan dan keikhlasan hati.
Kerendahan hati membawa kita pada sikap penyerahan dan kepasrahan diri kepada kebijaksanaan dan bimbingan Allah. Kerendahan hati membuat kita sadar bahwa kita adalah orang berdosa yang selalu membutuhkan pengampunan, belas kasih, pertolongan dan bimbingan Tuhan.
Kerendahan hati adalah kemurnian hati, ketulusan, kesiapsedian untuk mencari kebaikan sejati yakni Allah sendiri. Tentu, kerendahan hati bukanlah rasa rendah diri, atau penilaian negatif terhadap diri sendiri. Kerendahan hati bukanlah sikap minder dan merasa diri inferior pada yang lain. Kerendahan hati adalah sikap kemuridan di hadirat Tuhan.
Dalam Adorasi Ekaristi Abadi sementara kita menyembah Yesus Kristus, kita pertama-tama dan terutama menyadari bahwa kita adalah murid yang duduk di dekat kaki Yesus Kristus, Guru dan Tuhan kita. Di sana kita belajar untuk bersikap rendah hati secara nyata dengan mengandalkan Dia.
Tuhan Yesus Kristus, Engkau memberi kami teladan dan model teragung tentang kerendahan hati dengan mengosongkan diri, dan mengambil sikap seorang Hamba yang menderita bahkan taat sampai wafat di kayu salib (bdk. Flp 2:7-8). Ajarilah kami bersikap rendah hati seperti Dikau rendah hati dan mengasihi sesama dengan murah hati tanpa sikap egois. Anugerahilah kami kerendahan hati hingga kami secara ikhlas mengasihi dan melayani sesama dengan sukacita, tidak memperhitungkan kepentingan diri kami sendiri selain kepentingan mereka, kini dan selamanya. Amin.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)