Kamis, 08 April 2021
Bacaan I: Kis 3:11-26
Injil: Luk 24:35-48
“BERAT sekali rasanya, setiap saat saya ingat akan kampung halaman,” kata seorang nenek yang karena kesehatan harus meninggalkan kampung halamannya dan ikut anaknya di kota.
“Padahal di sini lebih nyaman, Nek,” kata cucunya.
“Untuk kamu, tetapi untuk nenek kampung halaman selalu membuatku rindu, apalagi jika memikirkan siapa yang jaga dan urus tanaman serta merawatnya,” kata neneknya.
“Kita kan sudah membayar orang untuk merawatnya. Nanti kalau keadaan sudah memungkinkanm kita pulang kampung,” kata anaknya.
“Orang yang kita bayar belum tentu sebaik kita dalam merawatnya,” kata nenek.
“Iya Nek, tetapi kita saat ini bisa setiap saat mengawasi dengan alat komunikasi yang ada,” kata cucunya.
“Tidak semudah itu, kadang ditelpon pagi. Jawabnya baru siang atau sore hari,” kata nenek.
Tidak bisa dipungkiri, cinta kasih tidak bisa begitu saja dibuang dan dihilangkan, diganti dengan cinta lain yang menurut orang lain lebih baik.
Sesusah apa pun kondisi di kampung halaman akan tetap menjadi sebuah magnit untuk kembali pada tempat itu.
Cinta itu mendarah daging, kuat berakar di hati hingga tidak mudah digerus oleh apa pun.
Inilah yang juga dialami oleh para rasul meski banyak tantangan dan masalah, kekecewaan, bahkan kesalahpahaman. Cinta mereka pada Kristus tidak pernah berubah.
Cinta para rasul akan Kristus menjadi dasar mereka dalam mewartakan kabar kebangkitan Tuhan.
Untuk kita saat ini:
Apakah banyaknya kisah sedih dan sulit yang kita alami, membuat cinta kita pada Kristus berubah?