Menjadi Saksi yang Dipercaya

0
32 views
Ilustrasi: Saksi nikah untuk calon pengantin yang bukan Katolik. (Ist)

Senin, 6 Mei 2024

Kis. 16:11-15;
Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b;
Yoh. 15:26-16:4a

SAKSI merupakan unsur terpenting dalam proses persidangan. Dalam setiap perkara di pengadilan, saksi ikut menentukan arah keputusan hakim. Tanpa saksi, suatu peristiwa kurang dapat dipercayai kebenarannya.

Kehadiran saksi yang kredibel dan bisa dipercaya sangat membantu seorang hakim menentukan dan memutuskan sebuah perkara. Namun menjadi masalah tersendiri sejak zaman dahulu yakni mencari seorang saksi yang memenuhi kreteria seperti di atas.

Banyak orang yang rela menyembunyikan kebenaran demi uang. Hingga kebenaran kalah dengan kemilau berlian dan uang. Banyak saksi diragukan kebenarannya karena hanya memperjuangkan siapa yang membayar mereka.

“Tidak dibolehkan bagi saksi memberikan keterangan palsu,” kata seorang sahabat yang hidup di ranah hukum.

“Seorang saksi harus jujur dalam memberikan kesaksiannya. Karena itu, seorang saksi harus terpelihara dari pengaruh atau tekanan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam sidang peradilan.

Pada dasarnya saksi dihadirkan agar proses penetapan hukum dapat berjalan maksimal. Saksi diharapkan dapat memberikan kesaksian yang sebenarnya, sehingga para hakim dapat mengadili terdakwa sesuai dengan bukti-bukti yang ada, termasuk keterangan dari para saksi.

Maka sampai titik ini kita bisa memahami bahwa banyak orang di negari ini tidak puas dengan peradilan karena saksi tidak bertindak sebagaimana mestinya,” tandas sahabat itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.

Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.”

Menjadi murid Yesus dipanggil untuk bersaksi. Roh Kudus akan membimbing kita untuk bersaksi. Untuk menjadi saksi itu banyak kesulitan dan tantangannya.

Yesus sudah mengingatkan kepada murid-murid-Nya, “Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya, bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.”

Akan ada perlawanan dari kekuatan yang dikendalikan oleh para penguasa dan juga dari adat, budaya, tradisi setempat. Kita akan ditentang oleh aturan, kebijakan, kekuasaan dan pejabat-pejabat berwenang.

Kita akan dipersulit dengan aturan yang berbelit-belit. Dengan membunuh, menghancurkan, menggagalkan misi kita, mereka berdalih berbuat bakti kepada Allah.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah kehidupanku menjadi saksi akan kehadiran Allah dalam kehidupan ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here