Menjadi Suara Hati Umat

0
269 views
Ilustrasi: Protes janji kampanye. (Ist)

Minggu, 25 April 2021

Bacaan I: Kis 4:8-12
Bacaan II: 1Yoh 3:1-2
Injil: Yoh 10:11-18

“JADI pastor tidak usah belagu,” kata seorang bapak yang sering mengaku sebagai tokoh masyarakat sambil menatap tajam.

“Saya hanya menjalankan apa yang perlu saya lalukan demi umat yang dipercayakan penggembalaannya pada saya,” kata seorang teman dengan mengarahkan pandangan ke arah bapak itu.

“Saya kira bukan urusan pastor, berkampanye untuk salah satu calon,” kata bapak itu.

“Saya tidak pernah menggunakan mimbar untuk berkampaye, saya hanya menyampaikan alasan untuk memilih secara benar berdasarkan hati nurani,” kata temanku.

“Apa bedanya dengan kampanye, jika mengangung-agungkan calon tertentu?,” kata bapak itu dengan keras.

“Menjadi tanggungjawab saya Pak, supaya umatku bisa memilih dengan benar dan tidak salah memberi hak suara kepada calon yang tidak memperjuangkan kesejahteraan bersama,” kata temanku dengan tegas.

“Pastor sudah berpolitik praktis, tidak netral, dan cenderung memihak salah satu calon,” kata bapak itu melancarkan tuduhannya.

“Saya tidak berpolitik. Tetapi kalau umat tanya siapa yang saya dukung, tentu saya akan jawab dengan jujur. Kalau mereka ikut pilihan saya, itu hak mereka,” kata teman saya.

Tuduhan pastor ikut mendukung salah satu calon dan berpolitik praktis sering kali kita alami saat menjelang pemilu; baik itu pada tingkat lokal maupun nasional.

Sebagai gembala yang langsung kontak dengan umat, khususnya di pedalaman, memang suara Gereja menjadi referensi bagi umat untuk menjatuhkan pilihan mereka.

Suara penggembalaan kita pada saat itu sungguh sangat bernilai dan sensitif, jika kita salah menyuarakan suara penggembalaan. Bisa dipastikan akan menimbulkan kekecewaan bahkan konflik antar umat, apalagi jika calon yang bertarung sama-sama umat kita.

Pada situasi tersebut, hendaknya kita pun tidak terjebak dalam kepentingan praktis dan sesaat.

Namun hendaknya kita ingat akan tugas pengutusan kita untuk menjadi seorang gembala yang mencintai umat Allah.

Maka pada calon yang bisa semakin memperjuangkan nilai-nilai keutamaan hidup bersama dan yang bisa membangun kehidupan lebih baik bersama umat Kristus, itulah yang mestinya kita dukung dan doakan.

Jangan karena salah satu calon menyumbang atau menjanjikan sumbangan pada Gereja, lalu kita dukung.

Bagaimana memupuk panggilan untuk mencintai Tuhan melalui umat bisa kita hayati dalam kehidupan sehari-hari?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here