JIKA boleh memilih, para petani akan tinggal di daerah yang tanahnya subur dan yang bila digarap hasilnya melimpah. Mereka tidak perlu bekerja terlalu keras.
Faktanya, banyak petani tinggal di daerah yang tandus, nyaris tanpa air. Mereka hanya mengandalkan air hujan. Pertanian demikian tidak maksimal hasilnya.
Presiden Jokowi menangkap keprihatinan para petani itu. Beliau membangun banyak bendungan dan saluran irigasi. Hasilnya, sejak tahun 2019 Indonesia swasembada beras.
Betapa visioner langkah itu.
Sabda Tuhan juga membutuhkan tanah yang subur. Bagaikan benih yang ditaburkan di lahan yang penuh nutrisi, sabda itu diharapkan bertumbuh dan menghasilkan buah melimpah.
Sebagaimana para petani mesti mengolah tanah menjadi subur untuk ditanami benih, demikian pula Tuhan mempersiapkan lahan yang baik bagi sabda-Nya. Para rasul dan murid yang tinggal bersama Yesus itu telah dipersiapkan Tuhan menjadi lahan yang baik itu.
“Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.” (Lukas 8: 10).
Para murid telah dianugerahi rahmat khusus.
Di hati mereka inilah sabda Tuhan telah ditaburkan. Mereka itu menjadi lahan yang subur, karena telah menerima sabda Tuhan langsung dari Tuhan Yesus, Sang Penabur. Mereka hidup dekat dengan-Nya dan menyaksikan ajaran dan mukjizat-Nya.
Kini, tanah subur itu bisa dilihat dalam Gereja yang tampak pada umatnya yang setia mendengarkan sabda Tuhan dan kemudian melaksanakannya. Jangan sampai umat Allah itu kembali menjadi tanah yang tandus, karena lalai menyiram atau mengairinya.
Setia mendengarkan sabda Tuhan, merenungkam dan mempraktikkannya membuat orang kristiani itu lahan yang dipupuk dan diairi bagi benih sabda Tuhan.
Sudahkah aku sungguh menjadi tanah subur yang menghasilkan buah melimpah?
Sabtu, 17 September 2022
