TIDAK bisa disangkal, bumi beserta segala isinya (mahkluk hidup) tidak terkecuali hutan dan satwa serta manusia merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan ini. Bagaimana bila bumi yang tersisa dibiarkan begitu saja tanpa diperhatikan dan tidak untuk dijaga, bayangkan bila bumi tidak tersisa.
Buku yang ditulis oleh Yohanes Terang dengan judul Menjaga yang Tersisa; Sajak dan Renungan dari Laman Satong, sedikit banyak menjadi pengingat sekaligus ajakan bagi kita semua tanpa terkeculi untuk merenungkan tentang keadaan dan keberadaan bumi yang saat ini keadaannya (nasibnya) terletak pada tanggungjawab dan kebijaksanaan kita. Mengingat, bumi sudah semakin renta, rimba raya dan satwa kian memprihatinkan keberadaannya. Hutan semakin menyusut, satwa semakin sempit dan sulit untuk bertahan hidup. Terkadang kita manusia pun tidak luput dari apa dampak dari semakin menipisnya luasan tutupan hutan.
Ungkapan sajak, renungan dan puisi yang tersaji dibuku yang tebalnya 115 halaman tersebut berkisah tentang awal mulanya sebaagung namun kini dunia telah renta. Seperti pada halaman 11, dituliskan Dunia Telah Renta.
Semula semula kujumpa serbaagung
Gunung-gunung menjulang hijau tinggi membusung
Jurang-jurang panjang dalam menerima suara gaung
Air yang gemericik, satwa bersenandung.
Menunjukkan besarnya kuasa Sang Pencipta
Namun, tiba-tiba berubah seketika
Akibat tidak ada lagi cinta tersimpan dalam dada
Kini pohon-pohon raksasa tak lagi dijumpa
Berjuta-juta tanaman kecil merana tertimpa
Oleh ibu bapanya.
Kicauan satwa tak lagi terdengar
Telah sirna entah kemana
Seolah-olah bisu tanpa kata
Habitatnya terobrak-abrik
Ketenangan tercabik-cabik
Semuanya tak ada lagi yang menarik
Terlihat semua sudah sikap menampik
Kini masih adakah?
Yang berjiwa mulia?
Untuk mempertahankan yang tersisa
Agar tak lagi terjadi seperti yang ada.
Kini kucoba untuk melakukannya sampai aku dijemput oleh-Nya.
Ungkapan ketulusan dari hati yang terdalam Yohanes Terang secara nyata bercerita tentang fakta yang terjadi sesuai realita yang terjadi (menimpa) dunia.
Agar tidak lupa, seperti pada halaman 16, pembaca diingatkan kembali dengan renungan;
Awal mula bumi diciptakan sempurna tak ada yang palsu
Pencipta menciptakan atau menyertakan berjuta rupa, bentuk, arti dan warna
Satu diantranya adalah manusia sebagai pewaris, pelindung dan penajaga agar tidak habis bagi anak cucu.
Dengan berjalannya waktu dan bergantinya hari, tak terasa telah terjadi degradasi dengan berkurangnya nilai, bentuk dan rasa
Kemanusiaan, bukit, lautan, flora, fauna telah telah ternoda oleh kekuasaan, kepentingan.
Uang yang membuat manusia lupa. Kita dengar dalam cerita, kita pantau lewat media, kita lihat dengan mata tentang semua peristiwa yang mendera.
Hai manusia ingatlah rentetan peristiwa yang memilukan yang menyayat banyak hati, tanda-tanda akan terjadi isak tangis, gertak gigi, pabila kita tak sanggup menyelamatkan bumi tempat kita berada.
Ajakan kepada para pemimpinpun disampaikan untuk peduli pada bumi ibu pertiwi sebagai tempat dan keberlanjutan nafas hidup hingga nanti. Seperti yang dituliskan pada halaman 110.
Jabatanmu seorang petinggi,
Menjunjung tinggi sumpah janji seorang abdi.
Berbuat selau mendengarkan suara hati
Terobosan yang tepat mencari solusi
Mengurangi degradasi
Mengangkat derajat negeri ini
Agar sejajar dengan bangsa lain di atas bumi.
Di halaman 108, pembaca diajak untuk bersukaria, bila alam terjaga lestari selamanya maka hutan kembali menghijau, satwa kembali berkicau, pikiran pun tak lagi galau. Kita semua suka, kita semua bahagia bila semuanya bisa lestari untuk selamanya.
Buku ini sangat direkomendasikan bagi semua kalangan karena sangat syarat makna dan pesan moral tentang ajaran hidup/kehidupan berupa bumi tempat berpijak. Menjaga yang Tersisa (hutan, satwa dan segala isi) bumi menjadi tanggungjawab kita semua secara bersama pula pula. Bumi yang tersisa ini sebagai tempat hidup sudah sejati untuk dijaga, dipelihara dan dilestarikan hingga nanti. Mari merawat bumi hingga nanti (selamanya) sebelum terlambat, demi kehidupan yang lebih baik.
Judul Buku: Menjaga yang Tersisa; Sajak dan Renungan dari Laman Satong
Penulis: Yohanes Terang
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal: 115 Halaman
ISBN: 978-602-03-1499-0