Kamis, 25 Juli 2024
Pesta St. Yakobus
2Kor. 4:7-15; Mzm. 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6;
Mat. 20:20-28.
KEPINTARAN seseorang bukan hanya terletak pada pengetahuan yang dimiliki. Tetapi juga pada bagaimana ia mampu menjaga kesederhanaan dan rendah hati.
Keutamaan seseorang bukan karena kekuasaan dan jabatannya. Melainkan sejauh mana dia bisa melayani sesama dengan tulus dan gembira hati.
Sifat rendah hati dan mau melayani sesama tanpa pandang bulu merupakan sifat yang mulia dan patut untuk dijunjung tinggi oleh setiap pribadi.
Mengucapkan kata-kata dengan santun dan rendah hati kepada orang lain bukanlah tanda kelemahan. Namun justru akan meningkatkan rasa saling menghargai di antara sesama.
Tidak perlu berburu jabatan, apalagi menang dengan menghalalkan segala cara karena jabatan yang diperoleh dengan cara licik itu hanya akan menjadi pijakan kehancuran.
“Saya hanya bisa memberi tumpangan dan makanan ala kadarnya,” kata seorang ibu.
“Menampung anak-anak dari pedalaman yang mau melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP sudah saya lakukan sejak 20 tahun lalu, waktu saya pindah ke kota ini. Saya tidak hanya membatasi diri saya pada memberi makan dan tumpangan kepada mereka. Saya juga berusaha memberikan pelajaran tambahan secara sukarela kepada anak-anak yang kesulitan belajar di sekolah.
Saya ingin anak-anak memahami pelajaran yang sulit dan bisa membangun rasa percaya diri mereka. Hanya ini yang bisa saya lakukan untuk anak-anak. Saya hanya ingin niat dan cita-cita anak-anak itu tetap tumbu dan tidak hilang karena tidak punya kesempatan,” syering ibu itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani. Melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Permintaan untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus mencerminkan dorongan alami manusia untuk mencari penghormatan dan kedudukan yang tinggi.
Yesus merespons permintaan ini dengan mengajarkan prinsip-prinsip kerendahan hati dan pelayanan yang sejati. Dia mengatakan bahwa siapa pun yang ingin menjadi besar di Kerajaan Surga harus menjadi hamba bagi semua orang. Dan siapa pun yang ingin menjadi terkemuka harus menjadi budak bagi semua orang.
Ajaran ini adalah kontras yang tajam dengan ambisi dan pandangan dunia tentang keagungan dan kebesaran yang menjadi ambisi banyak orang.
Yesus tidak hanya memberikan ajaran. Tetapi Dia juga memberikan contoh yang konkret. Dia sendiri datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang.
Sikap Tuhan Yesus yang penuh kasih dan pelayanan menjadi model bagi kita semua. Yesus menunjukkan bahwa pelayanan yang sejati adalah pengorbanan diri; bukan pencarian penghormatan atau keuntungan pribadi.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku melayani untuk mendapatkan penghargaan manusia atau untuk memuliakan Allah?