MENOREH adalah nama sebuah kawasan permukiman di wilayah pegunungan. Lokasinya berderet sangat memanjang dari sebelah utara Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) yang baru di wilayah administratif Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Gugusan gunung-gunung itu masih berderet memanjang sampai ke wilayah Candi Borobudur di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Wilayah pegunungan Bukit Menoreh di Kulon Progo, DIY, ini merupakan pusat gravitasi dari tempat-tempat yang memiliki pemandangan panorama alam semesta yang sangat indah.
Justru karena sampai hari ini masih banyak dipenuhi aneka jenis pepohonan yang rimbun. Masih ditambah lagi juga memiliki kekayaan panorama puncak-puncak gunung.
Dengan pemandangan eksotiknya dari sekian banyak lembah-lembah perbukitan yang seakan “wajahnya” terus silih berganti roman muka di garis deretan yang memanjang sepanjang Bukit Menoreh tersebut.
Jalur Samigaluh, Loano, dan Tinalah
Salah satu bagian pegunungan yang menarik adalah sepanjang jalan raya dari rute Samigaluh ke Loano dan tempat-tempat lain di wilayah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Di salah satu tempat disepanjang jalan tersebut, terdapat aliran sungai yang berbatu-batu, sementara di latar belakangnya kawasan gunung yang berlapis-lapis sangat indah.
Pemandangannya memiliki kemiripan dengan pemandangan yang terlihat dari kereta api dari Oslo di Norwegia ke kota pantai Bergen.
Lokasi kawasan indah panorama alam itu tidak jauh dari rute lalu lintas Samigaluh dan Loana menuju arah Purworejo. Di atas kawasan ini berlokasi Desa Wisata Tinalah.
Lebih keatas lagi, dengan memasuki jalan yang berliku-liku ke puncaknya, kita akan mendapatkan pemandangan yang sangat indah yaitu Kebun Teh Nglinggo.
Di wilayah tersebut, formasi deretan banyak pegunungan memang luar biasa. Bahkan dari daerah tersebut, kita dapat menyaksikan Candi Borobudur dari pandangan kejauhan dan enam gunung.
Bisa dibayangkan, pada pagi hari kita akan bisa menyaksikan munculnya matahari terbit di arah timur; muncul perlahan-lahan di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
“Bali Baru” di Bukit Menoreh
Wilayah kawasan pegunungan dan bukit-bukit yang masih hijau tersebut saat ini mulai gencar dikembangkan menjadi pusat pengembangan destinasi wisata.
Konon akan menjadi kawasan “Bali Baru” di Kulon Progo, DIY. Yakni, dengan dikembangkannya Badan Otoritas Borobudur yang wilayah lokasinya berada di wilayah kawasan hutan pinus di daerah tersebut.
Apalagi wilayah ini punya luas sedikitnya 350 hektar. Bahkan, saat ini pula, sudah mulai dikembangkan Kawasan Glamping. Alias glamorous camping – camping yang dikemas dengan citarasa sungguh mewah.
Gubug Menoreh Farm Stay
Dengan lingkungan alam seindah macam itu, saya sungguh merasakan betapa sungguh sangat nikmat tetap bisa mengikuti alur rapat-rapat daring yang diselenggarakan kantor saya di Jakarta.
Jaringan WiFi dengan kekuatan yang sangat memadai membuat cara bekerja dan mengikuti sesi-sesi rapat daring di tempat tersebut rasanya sungguh tidak berbeda dengan bekerja di kantor menjulang tinggi yang hanya selemparan batu dari Bundaran HI Jakarta.
Dari gubug -tempat saya sering mengikuti rapat daring ini- kita dapat menyaksikan pemandangan indah khas alam pegunungan dan lereng-lereng dan lembah gunung yang sangat indah.
Di arah kejauhan -jika kita beruntung- kita masih bisa menyaksikan panorama alam Gunung Slamet. Sungguh kekayaan alam yang luar biasa.
Gubug-gubug tersebut berada di sebuah kawasan lereng perbukitan dengan tekstur lahan tanah berundak-undak.
Berada di salah satu bagian dari lahan tanam pertanian organik – tempat murid-murid SD Prennthaler menggelar latihan bercocok tanam secara organik.
Dengan sengaja memanfaatkan lahan untuk tanam sayuran dengan pupuk organik yang sudah diolah sehingga bau-bau tak sedap sudah tidak ada lagi.
SD Prennthaler itu sendiri dahulunya bernama SD Pangudi Luhur, Kalirejo. Berada di wilayah ketinggian 578 meter di atas permukaan laut (dpl) di wilayah kawasan berundak-undak itu di Dusun Kalirejo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, DIY.
Sejuk, semakin dingin di malam hari
Bila tengah berada di gubug ini dengan lokasi di ketinggian 578 meter dpl, maka jangan tanya soal hawa sejuk di sini. Sudah pasti hawa sejuk di siang dan petang hari itu akan semakin “menukik” tajam, ketika malam hari dan terutama di waktu dinihari.
Werr….Werr… dingin dan benar-benar dingin.
Apalagi ketika berada di luaran dengan hembusan angin pegunungan yang datang dan kemudian terbang keras “menerjang” tubuh ketika berada di luaran gubug.
Hawa sejuk, semakin sejuk dan kemudian menjadi bertambah dingin itu senantiasa menjadi hari-hari kehidupan di sini.
Bahkan pada siang hari -bahkan saat panas terik matahari sekalipun- kita tidak akan terlalu merasakan “sengatan” panasnya matahari di lokasi ini. Yang ada justru angin sejuk yang berhembus semilir dan terus bertiup tanpa henti.
Juga di kawasan lereng perbukitan seperti di wahana gubug-gubug di mana saya sering menikmati indahnya “ngantor” di wahana alam terbuka yang lokasinya sangat jauh dari pusat kebisingan dan sentra demo paling favorit di Jakarta. (Berlanjut)
Sip
Yg perlu diperhatikan sampai sekarang fluktuasi daerah perbukitan menoreh adalah penyakit malaria, sifatnya bisa di bilang klasik,jadi wisatawan masih agak takut, tapi kalau pemerintah mendukung membuat laboratorium berkelas internasional untuk malaria, wah bisa menjadi wisata bidang kesehatan di Kulon Progo, he… he… padahal ahli malaria di Indonesia banyak lo.
Matur nuwun Bu atas apreasiasi panjenengan.