PERMENUNGAN ini akan diakhiri dengan sebuah kisah tentang penyair yang ditulis oleh Kahlil Gibran (1922 – 2008). Seorang penyair menulis sebuah syair cinta yang indah sekali. Lalu ia memperbanyak syair itu dan dikirimkannya kepada para kawan, kerabat dan kenalan.
Ia juga mengirimkannya kepada seorang wanita yang tinggal di daerah pegunungan. Wanita ini pernah ia temui, beberapa tahun yang lalu.
Begitu membaca syair cinta, hati wanita pun tersentuh. Ia mengirimkan dua orang utusan kepada sang penyair, dengan pesan tertulis, “Aku tersentuh sekali dengan syairmu dengan ungkapan kasihmu, rasa hatimu, Aku siap menjadi pendampingmu. Datanglah ke sini untuk melamar diriku. Orang tuaku siap menerimamu.”
Sang penyair membalas, “Temanku, yang kutulis ini hanyalah sebuah syair. Sesuatu yang aku kirimkan kepada sekian banyak kawan, kerabat dan kenalan. Tidak ada maksud lain di baik itu.”
Membaca tulisan sang penyair, wanita itu sedih sekali dan menulis kembali, “Wahai penyair, kau sang munafik. Tulisanmu lain, maksudmu lain. Sampai akhir hayat, aku tidak akan pernah meyakini kata-kata seorang penyair lagi” (04 Juli 2012). selesai
ARTIKEL TERKAIT
Menulis, Memang Tidak Mudah (2)